JAVAFX – Bursa saham Asia Pasifik dibuka beragam pada perdagangan pada hari Rabu (15/1) menjelang penandatangan perjanjian perdagangan fase satu antara AS dan China.
Indeks Nikkei turun 0,23%, Indeks Topix turun 0,19%, Indeks Kospi tergelincir 0,43%, Indeks S&P/ASX 200 melawan naik 0,34%.
Seremoni penandatanganan akan dilakukan pada hari ini. Delegasi China sudah berada di Washington sejak hari Senin kemarin untuk melakukan penandatanganan kesepakatan dagang. Salah satu poin kesepakatannya adalah AS bersedia untuk diskon tarif atas beberapa produk China. Sebagai imbalannya China akan membeli produk pertanian AS senilai $40 miliar hingga $50 miliar.
Keputusan untuk mengeluarkan Tiongkok dari daftar manipulator mata uang lebih cepat dari yang diperkiraan setelah Departemen Keuangan secara resmi membuat keputusan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan dengan segera akan menandatangani perjanjian perdagangan “fase satu” pendahuluan di Washington pada hari Rabu. Cina sekarang berada dalam “daftar pemantauan” pada praktik manipulator mata uang bersama sembilan negara lain, termasuk Jerman, Italia dan Jepang.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan menjelaskan bahwa “Departemen Keuangan telah membantu mengamankan perjanjian Fase Satu yang signifikan dengan China yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan peluang bagi pekerja dan bisnis Amerika. Tiongkok telah membuat komitmen yang dapat ditegakkan untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif, sembari mempromosikan transparansi dan akuntabilitas.”
Langkah Departemen Keuangan pada Agustus lalu untuk menyebut Cina sebagai manipulator meningkatkan ketegangan dalam perang dagang dan merupakan penunjukan formal pertama sejak pemerintahan Presiden Bill Clinton. Itu terjadi ketika yuan Tiongkok melemah melebihi 7 yuan terhadap greenback untuk pertama kalinya sejak 2008.
Kabar penandatanganan kesepakatan dagang antara AS-China membuat harga emas goyah. Harga emas mengalami koreksi, ketika ada harapan baik menyongsong kembali pulihnya perekonomian setelah sempat tertekan akibat perang dagang.
Perang dagang kedua negara telah membuat perekonomian global melambat. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pertengahan Oktober lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% di tahun 2019, dibandingkan proyeksi yang diberikan pada bulan Juli sebesar 3,2%. Proyeksi tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.
Kesepakatan itu diharapkan mencakup komitmen dari China untuk membeli sekitar $200 miliar barang AS selama dua tahun, yang mencakup sekitar $80 miliar barang manufaktur, $53 miliar energi, $32 miliar di bidang pertanian dan $35 miliar dalam layanan.
Di pasar mata uang, dolar AS diperdagangkan mendekati level datar pada 97,372 terhadap sekeranjang dari rekan-rekannya, tergelincir dari level sebelumnya di sekitar 97,562.