Pasca serangan drone Amerika Serikat di kawasan Irak yang menewaskan Jendral Iran, Qasim Soleimani, harga kontrak minyak sawit mentah (CPO) meningkat di Bursa Malaysia Derivatif Exchange. Harga CPO tiga bulan mengalami kenaikan lebih tinggi 26 ringgit atau naik 0.85% ke level RM 3068.
Kenaikan ini akibat kekhawatiran akan terjadinya perang antara AS dan Iran di kawasan Irak dan Iran. Bila perang terjadi, maka di khawatirkan dapat mengganggu jalur pengiriman minyak sawit sehingga harga pengiriman menjadi naik. Kekhawatiran ini sangat beralasan di karena Negara pengimpor CPO terbesar adalah India dan Pakistan yang letak negaranya sangat dekat dengan kawasan Irak dan Iran.
Selain itu, menurut laporan Reuters, kenaikan CPO juga di karenakan persediaan, produksi dan ekspor CPO pada bulan Desember 2019 mengalami penurunan. Persediaan CPO diperkirakan turun 8.51% dari November menjadi 2.06 juta ton. Turunnya persediaan ini juga di sertai turunnya ekspor yang di perkirakan turun 5.88% menjadi 1,32 juta ton pada Desember 2019. Produksi minyak sawit Malaysia juga di prediksi turun lebih tajam dari penurunan ekspor dari 12.99% menjadi 1.34 juta ton.
Naiknya harga CPO ini otomatis sangat mempengaruhi akan naiknya Olein di pasar komoditi terutama di Bursa Berjangka Jakarta.