Kekhawatiran Soal Geopolitik Mereda, Harga Minyak Naik

0
81
SIGNAL HILL, CA - MARCH 5: Pumps draw petroleum from oil wells through the night as the cost of crude oil tops $104 per barrel in its surge to new record high prices March 5, 2008 in Signal Hill, California. The cost of crude has California drivers paying more than ever. Statewide gas prices are now 58 cents a gallon higher than the same time last year. (Photo by David McNew/Getty Images)

JAVAFX – Pada perdagangan hari Kamis (17/10/2019), harga minyak mentah di perdagangan bursa berjangka berakhir dengan naik.  Harga mampu melepaskan diri dari kerugian sebelumnya yang disebabkan oleh kenaikan pasokan minyak mentah AS selama sepkan untuk kelima minggu terakhir. Dorongan kenaikan harga terjadi setelah aksi beli pada aset yang beresiko muncul paska tercapainya gencatan senjata di Suriah dan kesepakatan Brexit yang bersifat sementara.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman bulan November naik 57 sen, atau 1,1%, menjadi menetap di $ 53,93 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara harga minyak  mentah Brent, untuk kontrak pengiriman bulan Desember naik 49 sen, atau 0,8%, pada $ 59,91 per barel di ICE Futures Europe.

Harga untuk kedua tolok ukur bergerak jelas lebih tinggi di sekitar jam terakhir perdagangan reguler. Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan pada hari Kamis bahwa AS dan Turki sepakat melakukan gencatan senjata di Suriah yang akan berlangsung 120 jam, dan memungkinkan para pejuang Kurdi untuk menarik diri dari daerah zona aman.

Namun demikian, kedepannya perlu digarisbawahi bahwa serbuan ke Turki sebetulnya tidak mengambil produksi minyak dari pasar, sehingga perjanjian damai tersebut tidak berdampak langsung. Namun, memang ada beberapa kekecewaan ketika pasar gagal untuk menindaklanjuti tekanan turun sebelumnya, menyusul data yang menunjukkan stok minyak mentah AS naik, di samping produksi minyak mentah AS tetap pada rekornya.

Disisi lain, para pemimpin Inggris dan Uni Eropa mengumumkan kesepakatan tentatif Brexit mendukung harga minyak, meskipun pakta tersebut harus disetujui oleh parlemen Inggris dan negara-negara anggota UE lainnya. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi tugas berat dalam memenangkan persetujuan. Pengumuman yang tak terduga memberikan dorongan untuk aset yang dianggap berisiko, termasuk ekuitas Eropa dan indeks saham patokan A.S. (WK)