Fokus Pasar : Kembali Pusatkan Perhatian Pada FOMC

0
211

JAVAFX – Jeffrey Halley, seorang analis dari OANDA dalam risalahnya memberikan pandangan bahwa para pialang sebaiknya menunggu hasil pertemuan berkala Bank Sentral AS sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Diakui olehnya bahwa pemberitaan seputar serangan ke instalasi minyak terbesar Arab Saudi telah menenggelamkan kabar perkembangan rencana pertemuan FOMC dua hari ini.

Bukan hanya itu saja, perkembangan terkini soal perlambatan ekonomi global yang diperparah oleh perang dagang AS-Cina juga hampir tersisih. Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) dari Federal Reserve yang bekerja untuk penetapan suku bunga Federal sekarang harus menghadapi kemungkinan, ketegangan yang meningkat tajam di Timur Tengah dan konsekuensi dari kemungkinan perang yang berasal dari krisis di Selat Hormuz.

Pertemuan FOMC hampir pasti akan berkonsentrasi pada gambaran ekonomi yang lebih besar sebagai gantinya, dan tidak melibatkan diri dalam pertarungan politik melanda dunia. Data dari Amerika Serikat sejujurnya, tidak seburuk itu, tetapi Federal Reserve tidak akan mau terjebak dengan salah kaki dan berada di belakang kurva. Keputusan suku bunga besok akan hampir dipastikan merupakan pemotongan 25 bp lainnya, tetapi faktor kritisnya adalah apakah itu merupakan “penyesuaian pertengahan siklus,” atau perpindahan ke bias pelonggaran output.

Langkah the FED telah menimbulkan kemarahan presiden A.S. , dimana berpikir suku bunga harus negatif sekarang ini. Meskipun memang dia tampaknya marah dengan semua orang, namun belakangan ini hampir pasti pernyataannya akan memicu gelombang baru.

AS adalah pihak terakhir yang masih bertahan dalam perlambatan global. Ini akan menjadi kasus khusus dimana pasar negara sedang berkembang dan negara berkembang, yang sebagian besar mematok mata uang mereka pada Dolar AS secara semu. Hal ini akan menjadikan masalah karena tidak ada negara yang mengantungkan ekspornya ingin kehilangan pangsa pasar internasional yang berkontraksi karena mata uang mereka terlalu tinggi terhadap dolar.

Sayangnya, ini justru akan menjadi berkah tersembunyi bahwa China berada di tengah-tengah konflik perdagangan dengan Amerika Serikat. Bocah besar dari kelompok pasar yang sedang berkembang memiliki sedikit ruang berharga untuk bergerak dalam mendevaluasi mata uangnya. Hal itu dan harus membiarkan kekuatan pasar bebas yang mengganggu melakukan pekerjaan dengan lebih lembut untuk itu. Agar adil bagi Cina, mereka telah menjadi batu stabilitas di saat-saat sulit seperti krisis Asia akhir 1990-an, ketika mereka sepenuhnya berhak untuk ikut serta dalam gelombang devaluasi kompetitif.

Disisi lain, Dolar bersikap bearish di bawah sayap FOMC. Ada harapan bahwa Komisi akan melakukan pemangkasan kembali dan Jerome Powell berubah menjadi lebih bersikap dovish, dalam pernyataannya kemudian. Pun demikian, meskipun ada pelonggaran, tetap saja suku bunga ‘Amerika Serikat masih akan memiliki suku bunga tertinggi diantara negara-negara G-10. Kekuatan dolar kemungkinan akan bertahan selama sisa 2019, bahkan setelah FOMC.

Kondisi pasar minyak mentah selama 24 jam terakhir sangat signifikan sebagaimana setelah Perang Teluk. Baik minyak mentah Brent dan WTI keduanya berusaha menahan laju kenaikan harga mereka. Ada potensi pembalasan militer terhadap Iran. Foto-foto satelit dari serangan itu menunjukkan serangan itu memiliki ketepatan dan eksekusi khas militer, bukan hasil kerja kelompok pemberontak yang tidak lengkap yang jauhnya 600 km di pegunungan Yaman.

Presiden A.S. menuduh Iran sebagai pelakunya. Namun Arab Saudi memilih bungkam, tanpa bukti konkret yang ditawarkan. Meskipun sebetulnya ada bukti langsung, Jeffrey Halley merasa penghalang pembuktian harus sangat tinggi. Nyaris mustahil karena tidak ada minat di dunia untuk konflik militer dengan Iran.

Tindakan yang lebih mungkin adalah peningkatan sanksi terhadap Iran. Peluang respons militer oleh Arab Saudi atau AS sangat rendah. Yang jelas adalah bahwa infrastruktur minyak Arab Saudi lebih rentan daripada yang diperkirakan. Temuan ini akan dimasukkan ke dalam proyeksi harga minyak ke depan.

Bursa saham AS di Wall Steet berakhir lebih rendah dalam perdagangan hari Senin (16/09/2019) tetapi hanya sedikit. Saham-saham energi melonjak sementara perusahaan penerbangan dan transportasi menderita dengan kenaikan harga minyak mentah ini. Indek S&P 500 turun 0,30%, Nasdaq turun 0,285, dan Dow Jones turun 0,53%.

Bursa saham Asia kemungkinan masih akan stabil setelah penurunan kemarin. Pelaku pasar akan lebih memilih untuk melihat ke depan pada kemungkinan pelonggaran kebijakan FOMC malam ini. Jalan itu akan rentan terhadap berita utama terkait Arab Saudi setelah kekacauan akhir pekan kemarin. Indek Nikkei yang kemarin libur, diyakini akan kembali dengan kondisi turun, mencerminkan aksi harga di tempat lain.

Dolar menguat dalam perdagangan hari Senin (16/09/2019) dengan melakukan reli secara luas namun tertib dimana indeks dolar naik 0,27% menjadi 98,62. Investor memutar mata uang G-10 dan sejumlah mata uang  negar berkembang ke greenback karena ketegangan Timur Tengah yang meningkat dan kemungkinan eskalasi militer di sana. Perang, atau kemungkinannya, hampir selalu memunculkan reli dolar, tidak masuk akal.

Dalam perdagangan komoditi, baik harga minyak mentah Brent dan WTI sama-sama berakhir dengan kenaikan 13% lebih tinggi di bursa New York. Sentimen mayoritas masih masalah Arab Saudi dimana kenaikan terinspirasi dari awal perdagangan di Asia. Harga minyak mentah Brent pada $ 68,20 per barel dan WTI pada $ 62,00 per barel saat perdagangan Asia dimulai Selasa (17/09/2019).

Produksi terancam sebanyak 5,7 juta oleh serangan akhir tersebut. Utuk saat ini, pasokan masih dipenuhi oleh simpanan cadangan. Yang tidak jelas adalah berapa lama kompleks Akqaiq akan offline.

Arab Saudi adalah satu-satunya produsen utama dunia, yang mampu meningkatkan produksi jutaan barel dalam waktu singkat. Sayangnya, sebagian besar kapasitas cadangan lainnya ada di Iran dan dikenai sanksi. Ini juga membawa bobot sebagian besar dari pemotongan produksi OPEC +. Produsen lain telah memproduksi pada kapasitas mereka hampir-maksimum. Sesuatu yang bisa menimbulkan goncangan pasokan lain dalam waktu dekat akan memiliki implikasi material untuk harga minyak.

Serangan itu juga menyoroti kerentanan infrastruktur minyak Arab Saudi. Karena alasan ini, harga minyak kemungkinan akan tetap tinggi dan mungkin mendapat dorongan lagi besok jika FOMC pindah ke bias pelonggaran resmi.

Sementara dalam perdagangan komoditi emas, harga naik mencapai $ 1512,00 per ons di tengah kepanikan di sesi perdagangan Asia. Kegagalan untuk menutup di atas $ 1500,00 mengecewakan para Bullers karena serangan Arab Saudi adalah dianggap sebagai pendorong harga emas.

Sayangnya terjadi penurunan eskalasi, bahkan sangat cepat dari situasi Timur Tengah. Tentu saja ini menjadi tidak baik untuk reli emas. Harapan kenaikan harga masih terjadi dengan potensi pelonggaran kebijakan FED paska pertemuan FOMC. Harga $ 1480,00 per ons masih menjadi level support kritis dan dapat terancam jika hasil FOMC mengecewakan. Dasar tahanan koreksi masih di $1450. Sebaliknya, hasil yang sesuai dengan ekspektasi akan membuka harga muncul di kisaran $ 1512 hingga ke $ 1530. (WK)