Persimpangan Harga Emas Dalam Pertemuan Trump – Xi Jinping

0
81
Optimisme Emas bullion
Optimisme Emas bullion

JAVAFX – Perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada perang dagang AS – China dan bagaimana kedua negara ini mencari solusinya. Sulit untuk dihindari bahwa perang dagang ini tidak akan  berdampak pada harga komoditas emas. Pasalnya, kala investasi pada instrumen berisiko seperti saham sedang tidak kondusif, emas seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai untuk menghindari kerugian yang besar.

Sejak Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor produk China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari yang semula 10% pada 13 Mei 2019, harga emas telah naik 8,01% hingga saat ini, Kamis, (27/6/2019). Sepanjang periode tersebut, Trump juga berkali-kali mengancam akan mengenakan bea impor 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar. Kondisi tersebut menyisakan satu hal yang menjadi musuh utama investor, yakni ketidakpastian. Emas merupakan aset yang berjaya ditengah ketidakpastian. Bagaimana tidak, bisa jadi perang dagang tereskalasi dengan implementasi tarif baru, bisa juga tidak.

Dalam pertemuan tingkat tinggi negara-negara maju, G20 yang dilakukan pada Jumat dan Sabtu ini di Osaka Jepang, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan melakukan pertemuan pada Sabtu sore. Pertemuan tersebut banyak diyakini akan menghasilkan resolusi namun tidak sedikit pula yang skeptis bahwa keduanya akan mengakhiri perang ini dengan mudah. Alhasil aka nada dua skenario yang berpotensi menyebabkan dua kondisi perekonomian yang sangat berbeda.

Beberapa analis memperkirakan ekonomi global akan tenggelam ke dalam resesi bila benar Donald Trump mengenakan tarif baru setelah pertemuan ini gagal mencapai resolusi. Karena China pasti akan mengambil langkah serupa. Perang tarif akan berkecamuk lebih hebat pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan akan membawa kita pada resesi global.

Dalam sebuah catatan, kepala riset ekonomi global UBS Arend Kapteyn menyatakan “(Jika perang dagang memanas) kami memperkirakan pertumbuhan global akan menjadi 75 basis poin lebih rendah dalam enam kuartal ke depan – seukuran dengan krisis di zona euro, anjloknya harga minyak pada pertengahan 1980an, dan krisis ‘Tequila’ di 1990an,”

Tidak hanya resesi global, eskalasi perang dagang juga akan menambah alasan The Fed untuk memangkas suku bunga acuan lebih banyak lagi. Sebab, tanpa pelonggaran moneter yang memadai, resesi akan mengancam pertumbuhan ekonomi bahkan berisiko menyebabkan krisis. Sebagai informasi, saat ini ada kemungkinan sebesar 44% dimana The Fed memangkas suku bunga tiga kali (75 basis poin) hingga akhir tahun 2019. Kalau perang dagang makin dahsyat, The Fed punya ruang lebih untuk memangkas suku bunga.

Di satu sisi, resesi global merupakan iklim investasi yang buruk. Daya tarik emas sebagai instrumen hedging pun meningkat. Permintaan naik, harga juga terdongkrak. Di sisi lain, penurunan suku bunga The Fed kemungkinan besar akan membuat dolar AS melemah karena likuiditas yang membuncah. Alhasil harga emas menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang selain dolar. Lagi-lagi, permintaan emas berpotensi meningkat dan mengerek harganya.

Skenario kedua adalah tercapainya resolusi damai antara kedua negara. Donald Trump dan Xi Jinping dapat mencapai kesepakatan setidaknya menciptakan jeda sebagaimana pada pertemuan mereka sebelumnya di Buenos Aires, Desember 2018.

Resiko memburuknya perekonomian global akan bisa dihindarkan, dan bila perkembangan ini cukup positif kondisi ekonomi bisa menjadi lebih baik sehingga resiko investasi terkikis. Investor pun akan berbondong-bondong kembali agresif masuk ke pasar keuangan. Emas yang menghasilkan keuntungan minim pun ditinggalkan dan membuat harganya tertekan. Selain itu penurunan suku bunga The Fed akan semakin terbatas. Menyebabkan kekuatan dolar tak jatuh terlalu dalam. Harga emas jadi tidak terlalu murah bagi pemegang mata uang selain dolar.

Dengan demikian, pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping merupakan kunci penting dalam pergerakan harga emas selanjutnya. Patut diingat bahwa Trump sudah berencana akan mengenakan bea masuk 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar bila tidak ada kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan tersebut. Sebagaimana dikabarkan oleh Reuters, “Saya akan mengenakan tarif tambahan. tarif tambahan yang sangat substansial, jika itu [dialog] tidak berhasil, jika kami tidak membuat kesepakatan,” ujar Trump.

Namun mengingat pertemuan tersebut akan berlangsung hari Sabtu (29/6/2019), sentimen yang dihasilkan baru akan berdampak di hari Senin (1/7/2019). Sebab pasar emas global tutup di hari Sabtu dan Minggu. Sementara menunggu pertemuan tersebut, harga emas diperkirakan akan stabil pada kisaran harga saat ini. Pun ada perubahan, tidak akan terlalu besar.

Hingga kini, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa COMEX, New York Commodity Exchange (NYMEX) terkoreksi 0,6% ke level US$ 1.406 per troy ons. Sedangkan harga emas di pasar spot melemah 0,33% menjadi US$ 1.403,72 per troy ons. Pada posisi tersebut, harga emas masih berada di dekat posisi tertinggi sejak enam tahun terakhir. (WK)