Mata uang terbesar di dunia ini, Dolar AS, nampaknya akan mulai mengakhiri trend naiknya selama empat bulan sejak awal Januari 2019 pada harga terendah di level 94.63 hingga harga tertingginya di bulan Mei 2019 di level 98.17, lalu kembali turun ke level 96.41 di bulan Juni 2019. Nah, nampaknya, jika Dolar index yang merupakan ukuran dollar AS terhadap enam mata uang lainnya menembus level 96.30, maka Dolar index dapat terus melemah menuju level 95.75. Hal ini merupakan dampak dari adanya rencana pemotongan suku bunga The Fed di tahun 2019 ini untuk meredam efek dari perang dagang yang semakin besar dan menurunnya pertumbuhan ekonomi global.
Pelaku pasar masih akan mencermati pertemuan antara Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump di sela-sela pertemuan G20 di Osaka, Jepang. Mereka berencana akan melakukan perundingan final mengenai kesepakatan dagang antara dua negara. Trump mengancam akan memberlakukan tariff impor atas barang Cina sebesar $300 Milyar jika kedua negara tidak memiliki kesepakatan dalam perundingan dagang mereka.
Jika kesepakatan dagang tidak terjadi dan perang dagang semakin besar, maka The Fed di prediksi akan mulai kembali melakukan pemotongan suku bunga untuk meredam efek perang dagang ini. Jika pemotongan suku bunga ini terjadi, maka ini merupakan awal penurunan suku bunga setelah Amerika menaikkan suku bunga sejak Desember 2015 hingga Desember 2018 dan hal ini akan menjadi pendorong bagi Dolar Index untuk terus melemah. Jika ini terjadi, Dolar index diprediksi dapat terus melemah menuju level 95.15 hingga level 94.60 dan membuat Safe Havens Yen dan Emas terus menguat.