Harga Minyak Turun Ditengah Naiknya Kekhawatiran Pasar

0
92
Large Offshore oil rig drilling platform at sunset and beautiful sky in the gulf of Thailand

JAVAFX – Harga minyak mentah dalam perdagangan di bursa berjangka turun pada perdagangan hari Senin (17/06/2019). Para investor mencerna pembaruan permintaan yang masih mengkhawatirkan sejak pekan lalu dan mengawasi dengan seksama risiko yang muncul dari kenaikan harga disaat konflik di Timur Tengah mengalami kenaikan.

Sebagaimana diberitakan bahwa Iran akan mematahkan batas cadangan uranium yang ditetapkan sebagaimana dalam kesepakatan nuklir Teheran dengan sejumlah kekuatan dunia dalam 10 hari ke depan, demikian dikatakan oleh juru bicara Badan Atom Iran pada hari Senin, sebagaimana dikutip oleh Associated Press.

Perkembangan ini akan menjadi postur politik terbaru dari Iran untuk memicu negara-negara Eropa dalam memberikan bantuan dari sanksi A.S. yang telah melumpuhkan ekonomi mereka. Jika Iran tidak meninggalkan pakta nuklir selama dua minggu ke depan, itu akan meningkatkan standar ketegangan Timur Tengah.

Pada hari Senin, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Juli turun 58 sen, atau 1,1%, menjadi $ 51,93 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX), paska naik selama dua sesi berturut-turut. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Agustus turun $ 1,07, atau 1,7%, menjadi $ 60,94 per barel di ICE Futures Europe London. Brent mengakhiri perdagangan dalam sepekan dengan catatan turun 2%.

Serangan terhadap dua kapal tanker di Selat Hormuz Timur Tengah pada pekan lalu memicu kekhawatiran tentang gangguan aliran minyak global dan mendorong kenaikan harga pada akhir minggu. Sayangnya , pasar gagal untuk menutupi kerugian sebesar 4% yang terjadi pada perdagangan di hari Rabu. Hal ini membuat kinerja mingguan minyak mentah WTI masih jatuh 2,7% untuk minggu lalu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Iran mengatur serangkaian serangan terhadap tanker di selat, dalam apa yang dia katakan adalah upaya Iran untuk mendapatkan AS untuk meringankan sanksi. Jalur air yang sempit dipandang sebagai titik tersedak paling sensitif di dunia untuk mengangkut minyak mentah.

Kerugian minggu lalu mengikuti laporan tentang perkiraan adanya perlambatan permintaan minyak dunia. Sebagaimana laporan Badan Energi Internasional pada Jumat lalu yang menyatakan akan adanya penurunan permintaan pada 2019. Peringatan ini merupakan yang kedua bulan secara berturut-turut. Penurunan permintaan sebagai konsekuensi dari potensi perlambatan ekonomi global.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sendiri juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini. Dengan segala resiko politik yang bisa mendorong harga naik ditengah pasokan yang berlebih dan rendahnya permintaan di tahun ini, harga minyak mentah WTI dan Brent akan ada disekitar $ 60 dan $ 50 per barel.

Pasar juga sedang menunggu keputusan OPEC dan sekutunya mengenai apakah akan memperpanjang kesepakatan pengurangan produksi mereka diakhir bulan ini dan melewatinya ketika itu berakhir. Mengutip komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih di Tokyo, S&P Global Platts melaporkan pada hari Senin bahwa Arab Saudi “benar-benar” yakin OPEC dan mitra non-OPEC akan setuju untuk memperpanjang kesepakatan pengurangan produksi minyak mereka. Al-Falih mengatakan bahwa semua anggota OPEC, kecuali satu, telah setuju untuk menunda pertemuan yang awalnya akan dilakukan pada 25-26 Juni menjadi minggu pertama bulan Juli. Sayangnya, keputusan untuk mengubah tanggal memang harus bulat.

Laporan bulanan Lembaga Informasi Energi AS menunjukkan bahwa produksi minyak mentah diperkirakan naik 70.000 barel per hari pada Juli menjadi 8,520 juta barel per hari. (WK)