JAVAFX – Pergerakan harga komoditi minyak mentah dewasa ini banyak dipengaruhi oleh sentimen fundamental, khususnya yang bersumber dari rasa khawatir diantara para pialang terkait dengan prospek pertumbuhan ekonomi dan situasi perdagangan global saat ini.
Perang dagang yang dilancarkan oleh AS kepada mitra dagangnya, China dan kini menyasar Meksiko dengan tetap membuka pilihan ke Eropa dan sejumlah negara lainnya, dianggap menjadi biang perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Sejumlah indikator ekonomi terkini, menunjukkan bagaimana China mengalami kontraksi sebagai dampak serangan kenaikan tarif AS atas impor barang dari China.
Sebagai salah satu motor utama penggerak perekonomian global, gangguan dalam ekonomi China akan berdampak signifikan pada perekonomian dunia. Tak heran bila pasar merasa khawatir ini akan berujung pada penurunan permintaan akan energi khususnya komoditas minyak mentah. Bahkan kekhawatiran ini meningkat pada minggu lalu, setelah Trump mengisyaratkan akan mengenakan tarif pada produk Meksiko.
Disisi lain, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyebut volatilitas baru-baru ini “tidak beralasan” dan ia mengharapkan OPEC bisa membantu menstabilkan harga di luar akhir pakta produksi global yang sedianya akan berakhir pada awal Juli ini. “Kami sebelumnya telah menyatakan komitmen kami untuk melakukan apa pun untuk menstabilkan pasar dan kami telah memenuhi janji-janji itu. Dan saya membuat komitmen itu lagi, ”katanya.
Pedagang juga telah menimbang ekspektasi adanya kesepakatan pengurangan produksi antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka menjelang berakhirnya kesepakatan pada akhir bulan ini. Jatuhnya harga pekan lalu seakan memberikan sinyal peluang untuk memperpanjang pengurangan produksi. Pertemuan OPEC berikutnya, yang sedianya akan dilakukan pada 25-26 Juni, berpeluang ditunda hingga awal Juli atas permintaan Rusia.
Terkait sanksi Iran oleh AS, tampaknya hanya berdampak sedikit lebih lemah dari satu atau dua minggu yang lalu dalam sentimen pergerakan harga di pasar. Ketiadaan pasokan minyak dari Iran, tergantikan dengan produksi dari produsen lainnya, seperti Arab Saudi bahkan AS sekalipun.
Pun demikian, tetap saja AS menjadikan polemik ini dalam berita utamanya. Pada hari Minggu (02/06/2019) Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa AS bersedia untuk bernegosiasi dengan Iran “tanpa prasyarat,” tetapi Iran telah mengajukan pertanyaan tentang taktik negosiasi Washington. Pekan lalu, laporan menunjukkan bahwa AS dapat mengizinkan beberapa negara untuk terus mengimpor minyak Iran meskipun berakhirnya keringanan sanksi pada awal Mei, menurut The Wall Street Journal, berkontribusi pada tekanan lebih lanjut pada harga. (WK)