JAVAFX – Berikut ini merupakan 7 (tujuh) hal penting yang perlu diketahui sebelum melakukan transaksi hari ini, Jumat (17/05/2019) :
- Yuan jatuh setelah Beijing memperkuat pernyataan akan balasan terhadap kenaikan tariff AS minggu lalu. Mata uang China ini jatuh ke level terendah terhadap dolar dalam bentang enam bulan terakhir. Dolar naik menjadi 6.9136 yuan di pasar resmi onshore, yang dikontrol ketat oleh bank sentral China. Sementara dalam perdagangan di lepas pantai, Yuan turun ke level 6.9491, setelah kantor berita pemerintah Xinhua dan surat kabar People’s Daily menerbitkan kolom pendapat yang mengatakan bahwa “Kita tidak bisa melihat AS memiliki ketulusan yang substansial dalam mendorong maju perundingan” dan menuduh AS “trik” untuk memanipulasi pembicaraan, dalam apa yang tampaknya menjadi rujukan pada perlakuan Washington terhadap perusahaan telekomunikasi Huawei.
- Euro terluka oleh kekhawatiran tentang pemilihan parlemen Eropa pada akhir pekan ini. Sebelumnya Euro sempat menguat setelah Presiden AS Donald Trump akan menunda keputusan tentang pengenaan tarif pada mobil dan suku cadang China hingga enam bulan kedepan, menghindari membuka lagi front lain dalam pertempuran perdagangan globalnya. Sementara secara domestic, ada kritikan terhadap kebijakan Uni Eropa oleh wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini yang membuat investor gelisah menjelang pemilihan di wilayah tersebut. Salvini mengatakan pada hari Rabu bahwa aturan anggaran Uni Eropa merupakan “kelaparan benua” dan harus diubah, sehari setelah mengatakan Italia harus siap untuk melanggarnya.
- Kekhawatiran perang dagang yang berlarut ini akan mendorong bursa saham A.S. turun diakhir pekan, dan siap mencatatkan kerugian mingguan mereka secara berturut-turut dari perdagangan minggu lalu. Prestasi ini juga sekaligus menjadi yang pertama bagi mereka di tahun 2019 ini.
- Harga minyak mentah beranjak naik karena ketegangan di Timur Tengah. Berbeda dengan saham, minyak mentah terus bergerak lebih tinggi, karena kekhawatiran akan konflik antara AS dan Iran lebih dari yang melebihi ekspektasi akan permintaan dari sengketa perdagangan. Kenaikan harga didukung oleh laporan bahwa Rusia telah memenuhi kewajibannya pada bulan April di bawah kesepakatan pembatasan produksi dengan OPEC. Itu akan meningkatkan nada pada sesi pemantauan pasar informal akhir pekan ini. Kelompok yang disebut “OPEC +” itu dijadwalkan untuk memutuskan apakah akan memperpanjang perjanjian pada pertemuan menteri bulan depan.
- Harga emas bukukan penurunan ketiga kalinya secara berurutan oleh penguatan dolar AS, menyusul rilis data ekonomi AS yang kuat. Indeks dolar AS naik ke level tertinggi dalam hampir dua minggu terhadap sekeranjang mata uang. Harga emas tersungkur ke $1.283,90, menjauh dari level psikologis $1.300,00 yang selama tiga sesi sebelumnya terus diuji untuk ditembus.
- Data ekonomi AS terkini, sebagaimana dilaporkan oleh Departemen Perdagangan menyatakan tingkat pembangunan rumah baru di AS mengalami peningkatan yang lebih besar dari yang diharapkan selama bulan April lalu, seiring penurunan suku bunga yang mampu memberikan dukungan bagi sektor perumahan. Data tersebut mampu membantu indeks pembangunan rumah S&P 1500 membukukan kenaikan 1.2%. Secara terpisah Departemen Tenaga Kerja juga melaporkan bahwa pengajuan tunjangan pengangguran dari warga AS selama pekan lalu, mempunyai selisih 16 ribu lebih sedikit dibandingkan perkiraan ekonom. Sehingga sektor ini masih menjadi kontributor terbesar bagi stabilnya ekonomi AS hingga saat ini, dan masih menjadi acuan utama bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Fundamental ekonomi AS secara keseluruhan bisa dikatakan dalam kondisi yang kuat dimana data tenaga kerja terus memberikan kontribusinya.
- Pembicaraan lintas partai Brexit hanya sedikit menghasilkan kemajuan dan membuat Perdana Menteri Theresa May rentan terhadap tantangan kepemimpinan. May dikabarkan akan menetapkan keberangkatannya pada awal Juni setelah upaya terbaru untuk mendapatkan persetujuan Brexit dari parlemen, tetapi bisa menghadapi mosi tidak percaya jika kesepakatan dibatalkan. Boris Johnson, mantan menteri luar negeri Inggris dan pendukung Brexit, mengatakan bahwa ia bersedia untuk menggantikan May sebagai pemimpin Konservatif, sebagaimana dilaporkan oleh BBC. (WK)