JAVAFX – Berit komoditas di hari Senin(21/8/2017),
Harga minyak menguat tajam pada perdagangan akhir pekan kemarin setelah terjadi penurunan persediaan minyak AS serta akan ditutupnya kilang minyak terbesar ke 2 milik Exxon Mobil di AS.
Faktor ditutupnya kilang minyak terbesar ke 2 di AS tersebut membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup menguat $1,42 atau 3,02% di level $48,51 per barel.
Untuk perdagangan mingguan, komoditi minyak jenis WTI mengalami penurunan sebesar 0,6%.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $1,69 atau 3,31% di harga $52,72 per barel.
Untuk perdagangan mingguan, komoditi minyak jenis Brent mengalami kenaikan sebesar 1,2%.
Sebelumnya, minyak berhasil keluar dari tekanan jualnya setelah sebuah isu kuat berkembang bahwa kilang pengolahan minyak milik Exxon Mobil di Baytown AS akan ditutup.
Kilang yang mempunyai kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 584 ribu barel perhari ini menjadi kilang pengolahan minyak mentah terbesar ke 2 yang dimiliki AS.
Di minggu ini, minyak berhasil keluar dari tekanan jual yang hebat setelah minggu ini Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS sudah turun 7 minggu berturut-turut dan terendah sejak September tahun lalu.
EIA menyatakan bahwa stok minyak pemerintah minggu lalu turun 8,9 juta barel, bahan bakar tidak mengalami perubahan dan stok minyak suling atau destilasi mengalami penurunan 700 ribu barel.
Namun menurut EIA bahwa produksi minyak AS mengalami peningkatan 79 ribu barel perhari menjadi 9,502 juta barel perhari dan merupakan produksi harian tertinggi sejak pertengahan 2015 lalu.
Padahal musim berkendara di AS sudah akan mulai berakhir dan anak sekolah sudah akan memasuki musim belajar kembali dan biasanya permintaan minyak di AS akan turun, namun produksi minyak AS malah tambah naik, inilah yang membuat investor kuatir terhadap suplai global akan meninggi.
Menurut perkiraan perusahaan penyedia informasi industri, Genscape, bahwa persediaan di pusat minyak mentah AS, Cushing Oklahoma, telah mengalami penurunan sebesar lebih dari 1 juta barel dalam seminggu lalu hingga 15 Agustus, ini sedikit kontradiksi dari data resmi pemerintah hingga 11 Agustus bahwa persediaan minyak mentah meningkat 700 ribu barel.
Pun demikian ungkapan Baker Hughes dalam laporan mingguannya akhir pekan lalu bahwa di AS terjadi pengurangan kilang minyak yang aktif sebanyak 5 kilang di tutup menjadi total 763, ini merupakan penutupan ke 2 dalam 3 minggu terakhir.
Pertanda bahwa AS akan mengalami pengurangan produksi minyaknya karena harga yang terus rendah.
Seperti terungkap beberapa pekan ini dimana perdagangan kemarin ditutup dengan sisi penguatan lagi sehingga harga minyak masih berada di level 3 minggu terendahnya.
Ini juga menampakkan situasi yang sebelumnya yang dipengaruhi kondisi yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu ini, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel, karena nampaknya pula bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel dan support beli di level $46 perbarel.
Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen masih rendah disertai dengan masih tingginya produksi minyaknya.
IEA juga menyoroti masih lemahnya kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari, dimana hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.
Namun patut diwaspadai bahwa kontrak minyak WTI September akan berakhir di Selasa ini, sehingga investor nampaknya harga kemungkinan besar akan ditarik menguat lebih besar.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: ibtimes (.com)