Harga Minyak Naik Tipis, Daya Tarik Cuitan Trump Memudar

0
79
Taken with canon 5d mk 2

JAVAFX – Harga minyak mentah naik tipis dalam perdagangan di hari Selasa (26/02), tercatat pada posisi diatas posisi terendah dalam satu minggu perdagangan ini. Sebelumnya, harga turun karena didorong oleh permintaan Presiden Donald Trump agar OPEC menahan laju kenaikan harga minyak mentah, namun kini pamor cuitan tersebut memudar.

“Harga minyak terlalu tinggi. OPEC, silakan bersantai dan santai saja. Dunia tidak bisa menerima kenaikan harga – rapuh! ”Trump mentweet hari Senin.

Donald Trump tidak pernah malu untuk menyuarakan pendapatnya tentang harga minyak, namun kicauan khusus ini datang pada saat pasar mengalami kenaikan harga terlalu besar, setelah menikmati kinerja yang sangat baik sejak akhir tahun lalu. Tak ayal, menjadi momentum bagi pasar melakukan koreksi harga.

Sayangnya, pamor cuitan tersebut tidak berlangsung lama. Harga minyak pelan-pelan mendapatkan kepercayaan diri kembali. Pasar berkeyakinan bahwa kondisi ekonomi global akan membaik salah satunya bila AS dan China bisa mencapai kesepakatan untuk meredakan perang dagang mereka. Jika ini terjadi, pertumbuhan ekonomi kedua negara tidak akan banyak terganggu. Kedua negara ini adalah konsumen minyak mentah terbesar dunia.

Hingga penutupan perdagangan, harga minyak mentah mampu bertahan diatas dari level bawah sebelumnya. Minyak mentah West Texas Intermediate naik sebesar 2 sen, kurang dari 0,05%, untuk menetap di $ 55,50 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan April naik 45 sen, atau 0,7%, ke $ 65,21 per barel di ICE Futures Europe. Kontrak sempat turun $ 2,36, atau 3,5%, pada hari Senin, penurunan satu hari terbesar dan penurunan secara persentase di tahun ini. Pada hari Senin, kedua jenis minyak mentah ini sama-sama berakhir di posisi terendah mereka dalam lebih dari satu minggu.

Penurunan harga minyak dihari Senin, lebih merupakan bentuk reflektif dari posisi pasar atas interpretasi intervensi yang akan datang. OPEC sebelumnya tidak terhalang untuk memangkas produksi mereka sebagai tanggapan terhadap harga yang rendah, sebagaimana terlihat lagi pada akhir tahun lalu, dan level harga saat ini merupakan cerminan dari rekor produksi AS.

Aksi ambil untung akan mungkin terjadi dalam jangka pendek. Sehingga memungkinkan tekanan harga turun akan terjadi. Setidaknya harga minyak mentah Brent masih akan dikisaran $ 60- $ 61 dan Minyak WTI pada $ 50- $ 51.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), sejauh ini, tampaknya akan tetap berpegang pada rencana produksinya. Sebagaimana dilaporkan oleh The Wall Street Journal bahwa para pejabat kartel ini berencana untuk mendukung kelanjutan pembatasan produksi minyak ketika mereka akan bertemu di bulan April nanti.

OPEC dan 10 produsen mitra di luar kartel, yang dipimpin oleh Rusia, akhir tahun lalu sepakat untuk membatasi produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari untuk paruh pertama tahun ini. Produksi OPEC juga telah menurun sebagai akibat sanksi AS terhadap industri minyak anggota kartel Iran dan Venezuela, yang keduanya dibebaskan dari kesepakatan pemotongan produksi terbaru.

Dalam sebuah laporan pemerintah AS yang dirilis Kamis lalu, menunjukkan produksi minyak mentah nasional mencapai rekor 12 juta barel per hari, dan memasok hingga lima minggu berturut-turut. Sementara lembaga Informasi Energi akan merilis data mingguan pada pasokan minyak bumi AS Rabu. Angka pasokan American Petroleum Institute akan keluar Selasa malam.

Data EIA diharapkan menunjukkan pasokan minyak mentah naik 3,5 juta barel untuk pekan yang berakhir 22 Februari, menurut perkiraan dari Informa Economics, yang juga menunjukkan ekspektasi untuk penurunan persediaan 1,5 juta barel untuk bensin dan 2,5 juta barel untuk sulingan. (WK)