JAVAFX – Harga minyak belum mampu bangkit hingga perdagangan sore ini seakan investor terinspirasi untuk kuatir akan produksi minyak OPEC masih terus meningkat di bulan lalu.
Pada perdagangan bursa komoditi dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak sedang-sedang saja namun terkesan bergerak dengan sisi jualnya sebagai bentuk aksi jual lanjutan pasca perdagangan semalam yang berhasil ditutup melemah tajam didorong oleh tensi geopolitik Korea dan makin besarnya produksi minyak OPEC.
Faktor tingginya produksi minyak OPEC tersebut, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,40 atau 0,82% di level $48,19 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,40 atau 0,77% di harga $51,50 per barel.
Seperti terungkap beberapa hari lalu dimana perdagangan ditutup dengan sisi pelemahannya kembali mengakhiri sisi beli yang kuat sebagai bentuk aksi jual yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu kemarin, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel. Tampaknya bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel.
Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka yang masih rendah, sepertinya investor minyak bersikap skeptis terhadap hasil rapat OPEC semalam yang hanya ada sebuah retorika belaka.
Ini terbukti bahwa produksi minyak dari OPEC sendiri pada Juli lalu mengalami kenaikan sebesar 173 ribu barel perhari menjadi 32,87 juta barel perhari. Kenaikan ini ditunjang dari produksi yang mulai membesar di kilang Libya dan Nigeria. Ungkapan OPEC tersebut didasari bahwa diperkirakan permintaan minyak dunia di tahun tahun depan akan meningkat sekitar 220 ribu barel perhari menjadi 32,42 juta barel perharinya.
Faktor persaingan antara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 11 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan akhir November nanti. Seperti kita ketahui akibat dari persaingan tersebut, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan hampir 7% sejak awal tahun.
Seperti ungkapan diatas pasca OPEC meeting, investor masih mengambil sikap negatif akan hasil pertemuan sela tersebut karena memang sisi kepatuhan inilah yang membuat investor kurang optimis atas hasil komitmen pemangkasan minyak para anggota OPEC tersebut.
Komitmen di OPEC sendiri masih kurang dari 80% dari jatah seharusnya yang dipangkas 1,2 juta barel perhari untuk OPEC, dan non-OPEC 600 ribu barel perhari. Meski bulan ini, Arab Saudi akan mengurangi ekspor minyaknya menjadi 6,6 juta barel perhari dan Saudi Aramco akan memangkas 10% ekspor minyaknya ke Asia di September nanti, namun investor masih bersikap skeptis karena faktor suplai yang masih besar menandakan harga akan sulit menguat.
Data Energy Information Administration pekan ini menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS di minggu lalu mengalami penurunan sebesar 6,5 juta barel. Namun stok minyak bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 3,4 juta barel, dan minyak suling mengalami penurunan sebesar 1,7 juta barel. Tingginya stok bahan bakar ini menandakan bahwa permintaan bahan bakar akan meninggi jelang berakhirnya musim berkendara dalam waktu dekat.
Panasnya suhu politik di Semenanjung Korea, turut serta membuat harga minyak tertekan tajam semalam. Ini karena disebabkan gejolak di pasar saham Wall Street semalam menandakan bahwa aktivitas industri akan menurun tajam sehingga permintaan bahan bakar kemungkinan besar juga akan merosot.
Nanti malam investor menantikan data Baker Hughes seberapa besar pihak AS akan mengaktifkan kembali kilang minyaknya di pekan lalu.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Cryptome (.org)