JAVAFX – Analisa fundamental, Rabu(9/8/2018), harga emas tetap berusaha di level tingginya alias tetap menguat pada perdagangan hari ini seiring dengan makin meredanya pengaruh dari data tenaga kerja AS dan didukung oleh ucapan pejabat the Fed agar suku bunga AS tetap rendah.
Kondisi tenaga kerja AS, seperti yang dilaporkan semalam bahwa pembukaan lapangan kerja AS tertinggi sejak Desember 2000 lalu, membuat situasi tenaga kerja AS nampaknya masih sangat ketat dan dapat memberikan sumbangan kepada perhatian investor dunia bahwa kondisi ekonomi AS masih baik-baik saja pada awal kuartal ke 3 tahun ini.
Pada perdagangan kemarin, emas bergerak datar setelah data tenaga kerja AS yang terus membaik, berhasil diimbangi dengan tegangnya Korea Utara sehingga membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,80 atau 0,20% di level $1261,50 per troy ounce.
Untuk harga perak kontrak September di Comex ditutup menguat $0,18 atau 1,13% di level $16,44 per troy ounce.
Situasi tenaga kerja AS yang mengetat ini tentu akan menjadi dukungan yang cukup besar dimana kesempatan kenaikan suku bunga the Fed di tahun ini sebelumnya kurang dari 50% potensi kenaikannya dikarenakan situasi politik yang belum stabil dan fokus kerja the Fed yang beralih ke perbaikan neracanya.
Bila terucap suku bunga naik, maka emas akan harap-harap cemas untuk terkoreksi.
Namun sepertinya beberapa pejabat the Fed akan menyatakan dengan nada dovish yaitu sebaiknya the Fed harus menerapkan suku bunga rendahnya karena situasi inflasi yang masih rendah meski sektor tenaga kerja AS makin ketat.
Ini bagian dari verbal intervensi agar dolar tidak terlalu menguat sebagai bagian usaha the Fed mengurangi defisit neracanya.
Perubahan fokus kerja the Fed ini dapat diartikan bahwa suku bunga yang diinginkan untuk terus naik, nampaknya akan sedikit tertunda kenaikannya, karena fokus kerja the Fed berubah ke perbaikan neracanya serta tekanan inflasi yang masih terus jauh dibawah targetnya, sehingga kami berkeyakinan bahwa dolar AS harus bernilai melemah atau undervalued hingga inflasi membaik.
Turunnya nilai mata uang dolar tentu memberikan pengertian bahwa harga emas akan meningkat.
Namun investor sekarang berharap terhadap kondusifnya politik AS yang selalu dikaitkan dengan agenda ekonomi Trump yang sungguh menggugah ekonomi AS.
Reformasi pajak dan pembangunan infrastruktur AS menjadi andalannya, bila kredibilitas Trump terus merosot di mata anggota parlemen, tentu akan makin sulit agenda ekonomi tersebut dijalankan.
Selain masalah reformasi pajak, nampak pula situasi geopolitik di Korea akan menghangat kembali, sehingga ini bukan sesuatu yang positif bagi keamanan berinvestasi dari investor, sehingga sewaktu-waktu akan muncul nuansa safe haven.
Nampaknya hari ini merupakan lanjutan beli bagi emas untuk kembali menggapai level 7 minggu terbaiknya. Data situasi tenaga kerja AS akhir pekan lalu dan semalam nampak akan mulai berakhir pengaruhnya ke koreksi emas.
Kalaupun masih ada koreksi harga, itupun koreksi emas tampak tidak akan besar, karena sebetulnya faktor the Fed yang ingin memperbaiki neraca tentu membawa konsekuensi bahwa indeks dolar harus melemah karena the Fed akan banyak melepas kepemilikan surat hutangnya ke pasar umum dalam waktu dekat, yang artinya pula dolar AS dibiarkan untuk melemah dalam jangka yang menengah.
Situasi ketegangan di Korea yang membuat AS meradang, dapat dijadikan pembentuk situasi safe haven emas bila situasi tersebut makin menegang hari ini.
Faktor data inflasi AS akhir pekan mungkin masih menahan gejolak harga emas lebih lanjut apalagi China kemungkinan besar akan mengurangi impor emasnya karena harga emas sendiri sedang tinggi.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: MarketWatch