Minyak Masih Melemah, Nantikan Data OPEC

0
115

JAVAFX – Berita komoditas di hari Kamis(3/8/2017), minyak masih melemah jelang data OPEC yang akan dirilis nanti malam dimana sebelumnya data EIA menyatakan stok minyak AS turun.

Pada perdagangan bursa komoditas dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak lumayan besar dan terkesan melemah sebagai bentuk aksi ambil untung sesaatnya setelah semalam menguat terdorong data EIA.

Faktor ambil untung sesaat tersebut, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,23 atau 0,46% di level $49,36 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,20 atau 0,38% di harga $52,16 per barel.

Pelemahan harga minyak datang dari hasil survei Thomson Reuters Eikon tadi menyatakan bahwa di Juli lalu pengiriman minyak OPEC, diluar pengiriman melalui jalur pipa minyak, mencapai titik tertinggi 2017 yaitu 32 juta barel perhari atau naik dari awal tahun sebesar 30,5 juta barel perhari. Data resmi dari OPEC kemungkinan akan dirilis nanti malam.

Hasil survei dari BMI bahwa perusahaan-perusahaan eksplorasi minyak semacam BP, Royal Dutch Shell, Chevron, Exxon Mobil dan Total telah berhasil menyesuaikan diri dengan harga $40 perbarel maka mereka sudah dapat memperoleh keuntungan. Target harga yang rendah ini tidak berlaku bagi produksi minyak lepas pantai yang mempunyai biaya produksi lebih tinggi.

Ini sesuai perkiraan dari Goldman Sachs bahwa harga minyak akan nyaman di pevel $50 perbarel dan industri minyak tidak akan mengalami kesulitan keuangan di kemudian hari dengan level tersebut.

Sebelumnya pelemahan harga minyak disebabkan oleh tingginya produksi minyak OPEC di bulan lalu, dimana menurut Reuters bahwa produksi minyak OPEC bulan Juli naik 90 ribu barel perhari, sedangkan menurut Bloomberg bahwa produksi dan pengapalan minyak OPEC naik 210 ribu barel perhari.

Kenaikan ini didorong oleh produksi minyak Libya yang melonjak hampir 900 ribu barel perhari. Hasil survei tersebut berhasil mengakhiri periode positif minyak selama 6 hari berturut-turut yang berhasil naik sekitar 10%. Padahal sebelumnya kondisi minyak dunia sempat defisit 500 ribu barel perhari.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sebetulnya masih menurun kurang dari 3% sejak awal tahun. Hal ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya di Abu Dhabi.

Pertemuan evaluasi anggota OPEC tersebut akan dilakukan minggu depan di Abu Dhabi Uni Emirat Arab karena pihak OPEC melihat produksi minyaknya di bulan lalu naik 200 ribu barel perhari dan kepatuhan pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel perhari masih di angka 78% saja.

Sebelumnya harga minyak mengalami penguatan setelah dalam laporan mingguannya, Energy Information Administration menyatakan bahwa stok minyak AS turun lagi dan merupakan penurunan 5 minggu berturut-turut. Stok minggu lalu turun 1,5 juta barel atau diatas perkiraan pasar 3,1 juta barel. Persediaan minyak bahan bakar turun 2,5 juta barel atau diatas perkiraan pasar 500 ribu barel sedangkan minyak suling mengalami penurunan 150 ribu barel.

EIA juga menyatakan kapasitas terpasang bagi penyimpanan hasil suling mengalami kenaikan 95,4% atau sedikit diatas perkiraan 94,1%, sedangkan hasil penyulingan sendiri mengalami kenaikan 123 ribu barel perhari menjadi 17,4 juta barel perhari. Ini menandakan bahwa ekspor minyak AS juga meninggi.

Kecilnya persediaan dan produksi AS ini disebabkan peningkatan ekspor minyak suling atau minyak bahan bakar AS ke beberapa negara Amerika Latin, Eropa dan kawasan Asia, seperti Jepang, Korea dan China. China sendiri mengalami kenaikan rata-rata 300 ribu barel perhari. Bahkan Eropa sendiri mengandalkan minyak avtur dan minyak diesel dari AS.

Namun banyak pihak masih kuatir dengan membaiknya harga minyak tersebut, karena kebiasaan pihak AS bila harga naik maka produksi minyak AS akan makin meninggi, terbukti dengan pernyataan EIA minggu lalu, bahwa penurunan persediaan tersebut hanya karena pengurangan impor minyak AS dan bukan karena produksi yang berkurang banyak.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Houstonchronicles (.com)