Badai Florence Mulai Menghilang Harga Minyak Mulai Terkoreksi

0
111
Harga Minyak Melanjutkan Sisi Penguatannya

JAVAFX – Badai Florence mulai menghilang harga minyak mulai terkoreksi pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dimana pasokan minyak akan berlebih di saat permintaan akan berkurang.

Badai besar sedang melanda kawasan Selatan AS khususnya daerah California dimana daerah tersebut merupakan daerah penghasil minyak khususnya di Teluk Meksiko. Sekitar sejuta penduduk sudah diungsikan demi menghindari badai besar tersebut sehingga sisi pasokan minyak AS kemungkinan besar akan berkurang cukup banyak dalam 2 hari nanti. Kondisi ini tentu mendukung perbaikan harga waktu itu, seiring badai yang mulai menghilang maka rasio keyakinan akan terjadinya kerusakan juga menghilang sehingga harga minyak mulai terkoreksi..

Sebelumnya pemerintah AS lewat Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak AS di pekan lalu akan mengalami penurunan sebesar 5,3 juta barel disebabkan penurunan jumlah produksi kilang dan penutupannya. Penurunan persediaan kali ini terbesar sejak Februari 2015. EIA menyatakan juga bahwa produksi minyak pada pekan lalu juga turun 100 ribu bph menjadi 10,9 juta bph.

Namun karena masalah tarif masih terus membuat permintaan dari beberapa negara konsumen minyak utama dunia seperti China dan India terus berkurang karena perang tarif telah menurunkan kinerja ekonomi mereka.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,51 atau 0,72% di level $69,86 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,45 atau 0,56% di harga $79,29 per barel.

Tekanan harga minyak sebelumnya muncul karena produksi minyak OPEC antara Juli hingga Agustus lalu, ternyata mengalami kenaikan sebanyak 220 ribu bph mencapai 32,79 juta bph, demikian menurut survei Reuters. Naiknya produksi OPEC ini diluar perkiraan pasar mengingat Iran akan segera terdampak sanksi pelarangan transaksi oleh AS di bulan depan. Produksi minyak yang berlimpah tentu membuat harga minyak tidak menarik alias melemah lagi. Dan Rusia sendiri masih belum mampu meningkatkan produksinya dalam waktu cepat untuk menutupi celah kekurangan produksi minyak Iran.

Kondisi ini diperberat mengingat Presiden Trump sudah menyiapkan tarif baru kepada China sehingga tensi perang dagang sungguh mengganggu pergerakan minyak. Apalagi Kanada belum diikutsertakan dalam NAFTA, membuat kawasan Amerika Utara masih rawan konflik tarif.

Perang dagang akan membawa konsekuensi akan turunnya pertumbuhan sebuah negara sehingga permintaan akan minyak juga dapat dipastikan mengalami penurunan. Inilah yang ditakutkan oleh pelaku pasar jika masalah perang dagang muncul lagi.

(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi