JAVAFX – Harga emas mampu ciptakan ruang belinya pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana pengaruh krisis Turki mulai menghilang di saat delegasi perdagangan China sedang berkunjung ke AS meskipun dolar AS masih menampakkan sisi penguatannya.
Sisi jual emas yang besar memang sempat muncul sejak pada perdagangan di pekan lalu di saat krisis Turki muncul, di mana kondisi ini telah membuat pasar keuangan dunia guncang, di mana mata uang Turki Lira turun tajam dan membuat mata uang non dolar AS lainnya mengalami aksi jual yang cukup besar dalam menghadapi tekanan greenback atau dolar AS, sebagai wujud kekhawatiran investor terhadap masa depan Turki yang terancam sistem keuangan negaranya. Emas sendiri sudah turun 14% sepanjang 2 tahun ini, dan kesemuanya disebabkan oleh kenaikan suku bunga the Fed.
Krisis Turki selain membuat mata uangnya, Lira yang turun tajam, juga membuat harga emas sempat tercatat berada di level terendahnya sepanjang 18 bulan terakhir dan diperdagangkan di bawah level psikologis $1200 per troy ounce.
Dan rupanya siang ini kondisi ini masih bertahan dibawah level psikologis, namun lambat laun mulau menampakkan sisi belinya kembali seiring dengan rencana peerundingan China dengan AS, sedikit membuat pasar uang sedikit tenang kembali sehingga tekanan dari dolar AS juga mulai berkurang sehingga harga emas sudah ada sisi belinya lagi atau menjauhi level terendahnya.
Dilaporkan juga bahwa Presiden Trump dengan Presiden Xi Jinping pada November nanti dijadwalkan akan bertemu untuk membahas mengenai masalah perdagangan tersebut. Rencana pertemuan tersebut disambut positif oleh harga emas demi dinginnya tensi perang dagang diantara keduanya. Namun sayangnya pertumbuhan kinerja China yang menurun masih memberikan ruang bagi dolar AS untuk tetap menguat.
Hal ini membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $8,60 atau 0,73% di level $1192,80 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak berbalik positif pada siang ini, sebagai bentuk aksi beli kembali atau buyback yang terjadi pasca pelemahan yang ada di perdagangan sebelumnya.
Sebelumnya, seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu harga emas seringkali diakhiri dengan kondisi yang melemah, sebagai dampak dari memanasnya perang dagang dan rencana akan naiknya suku bunga AS.
Situasi perang dagang yang memanas, memang sering kali menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi