JAVAFX – Harga emas masih tertekan perang dagang pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana potensi perang dagang yang belum mereda dikombinasikan dengan tingkat inflasi AS yang naik, sepertinya akan membuat harga emas ditutup di area negatif pada pekan ini.
Seperti kita ketahui bahwa semalam harga emas ditutup membaik tipis, sebagai bentuk aksi buybacknya setelah mengalami koreksi panjang sehari sebelumnya. Sehari sebelumnya harga emas bertengger di level terendah tahun ini lagi dan terkoreksi lebih dari 1% sebagai dampak meruncingnya perang dagang. Pemerintah AS telah memberikan tarif baru 10% terhadap ribuan barang asal China dengan nilai hampir $200 milyar, yang merupakan ancaman lanjutan dari Presiden Trump terhadap China yang belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS sehingga membuat AS merasa dirugikan olehnya.
Sebelumnya Trump juga telah mengancam China akan memberikan tarif senilai $500 milyar selama China belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS. Kondisi ini tentu memberi ruang bagi greenback atau dolar AS untuk mendominasi kembali pergerakan mata uang dunia.
Masalah perang dagang juga telah membuat inflasi di China meningkat, di mana data inflasi China sudah meningkat lagi. Situasi perang dagang yang memanas, memang kadang kala menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $0,90 atau 0,07% di level $1244,60 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak positif pada siang ini, sebagai bentuk aksi buyback sejenak pasca koreksi panjang semalam.
Dan harga emas makin merana setelah data inflasi AS semalam juga mengalami peningkatannya, alias masih di atas target bank sentral AS, sehingga kemampuan the Fed dalam menaikkan suku bunganya akan semakin mudah. Nuansa inilah yang kemungkinan besar membuat niat beli investor masih tertahan hingga sekarang.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi