Dominasi Dolar AS Mulai Hilang

0
204
Yen Memberikan Tekanan Lanjutan

JAVAFX – Dominasi dolar AS mulai hilang pada perdagangan sesi Asia siang ini dimana arah pergerakan ini sebagai bentuk aksi jual lanjutan investor di saat data ekonomi AS akhir pekan lalu yang kurang memuaskan.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan sebelumnya, kondisi greenback mengalami tekanan dari beberapa mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,1743, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3286, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7429 dan USDJPY ditutup melemah di level 110,46.
Dan untuk sementara di pagi ini, EURUSD bergerak di level 1,1759, GBPUSD bergerak di level 1,3295, AUDUSD di level 0,7459 dan yen di level 110,645

Pound dan mata uang utama dunia lainnya termasuk yen, memang masih bergerak dengan sisi penguatannya kepada dolar AS di mana ini merupakan bentuk perhatian investor bahwa kondisi tenaga kerja AS sedang tidak mendukung kenaikan suku bunga the Fed. Data tingkat pengangguran mengalami peningkatan, besaran upah per jamnya juga berkurang, menandakan tekanan inflasi di AS sedang melemah. Inilah celah bagi indeks dolar untuk tertekan hingga hari ini.

China dan AS sama-sama sedang menghadapi kebijakan tarif yang bisa mengurangi defisit perdagangan AS hingga $34 milyar per tahunnya dengan potensi kerugian yang juga bisa mencapai $400 milyar per tahunnya. Upaya ini diperkirakan bagi China akan memprihatinkan di mana Reuters memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonominya akan turun dari 6,9% ditahun lalu akan menjadi 6,5% di tahun ini.

Pound sedikit beruntung pagi ini, tetap di ruang positifnya meskipun berita mengejutkan bagi perpolitikan Inggris dengan mundurnya 3 menteri di bidang Brexit sehingga proses negosiasi perpisahan Inggris dengan Uni Eropa bisa terkendala kembali. Namun sejauh ini tampaknya suhu politik di Inggris masih tenang-tenang saja disikapi investor dengan nada masih jual dolar AS.

Tampaknya persoalan tidak bagusnya data tenaga kerja AS mempengaruhi sentimen jual dolar hingga sekarang karena juga belum adanya arah kebijakan persoalan tarif yang baru, baik dari AS maupun China dan Uni Eropa.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi