JAVAFX – Jelang OPEC meeting, harga minyak terkoreksi kembali pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini terjadi sebagai bentuk aksi ambil untung mengingat OPEC meeting akan membicarakan jadi tidaknya kenaikan pasokan atau produksinya lagi.
Setelah Presiden Trump mengeluhkan harga minyak yang terlalu tinggi dan OPEC serta Rusia diharapkan untuk meningkatkan lagi produksinya, berkembanglah wacana pembicaraan mengenai kenaikan produksi kembali sekitar 300 ribu hingga 600 ribu bph dari OPEC dan Rusia yang akan diputuskan pada OPEC meeting 22 Juni ini di Vienna Austria. Sebelumnya OPEC dan 11 negara produsen minyak lainnya telah mempelopori pengurangan pasokan minyak dunia sebesar 1,8 juta bph pada awal 2017 lalu, dan telah berhasil mengangkat harga minyak dari dasar harga $25 per barelnya.
Namun sejak mundurnya Presiden Trump dari kesepakatan nuklir Iran 2016, membuat keyakinan akan kenaikan produksi OPEC kembali menyeruak, mengingat jika AS mundur dari kesepakatan tersebut, maka Iran dapat dipastikan akan kehilangan pasokan sekitar 300 ribu bph. Dengan demikian, makin mendekati waktu pertemuan kartel minyak tersebut, maka tekanan pembesaran pasokan makin menguat.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,43 atau 0,65% di level $65,42 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,49 atau 0,65% di harga $74,85 per barel.
Sebelumnya harga minyak mengalami tekanannya setelah awal bulan Juni lalu dilaporkan bahwa produksi minyak Rusia mengalami kenaikan menjadi 11,1 juta bph. Produksi minyak AS juga naik di pekan lalu menjadi 10,9 juta bph. Namun setelah munculnya masalah kebijakan tarif Trump, harga minyak seakan tidak bersahabat dan tidak perlu menunggu rapat OPEC untuk menaikkan pasokan minyak dunia.
Harga minyak akhir pekan lalu tergerus cukup dalam, karena pemberlakuan tarif impor AS di China juga akan memukul produsen minyak asal AS sendiri. Sebetulnya Presiden Trump memainkan peran politiknya dengan keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dengan harapan embargo minyak Iran berlaku dan China tidak bisa mengimpor minyaknya dari Iran tersebut.
Sekitar 650 ribu bph impor minyak China berasal dari Iran, sedangkan impor minyak asal AS sekitar 363 ribu bph. Jika diberlakukan tarif juga, maka produsen minyak asal AS akan kehilangan potensi pengirimannya ke China sekitar angka tersebut, karena China akan mencari pasar di negara Arab lainnya. Inilah yang membuat harga minyak dalam beberapa hari ini cenderung tergerus terus.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Untuk mendapatkan free signal trading, analisa market mingguan, full support langsung dari analis,
Hubungi JAVAFX :
Phone / WhatsApp : 082116448874
Apakah Anda membutuhkan informasi Training JAVAFX, Introducer Broker – IB, belajar forex, teknikal forex, signal forex, strategi forex dan analisa forex untuk melakukan transaksi trading forex, trading emas, trading oil, trading index minggu ini? Segera Hubungi Analis JAVAFX
Author : Adhi Gunadhi