Harga Emas Sepertinya Masih Sulit Bangkit

0
129

JAVAFX – Harga emas sepertinya masih sulit bangkit pada perdagangan hari ini di mana aksi jual emas masih bisa terjadi meski Presiden Trump segera menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran dan investor masih enggan mengoleksi aset emas karena suku bunga the Fed yang akan naik pagi bulan depan.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback sedikit memberikan tekanannya kepada emas, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $0,90 atau 0,07% di level $1315,00 per troy ounce.

Presiden Trump sudah mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015, yang berarti sanksi ekonomi ke Iran akan muncul lagi. Namun gejolak pasar emas tidak terjadi secara besar-besaran, karena kekhawatiran kacaunya ekonomi dunia akibat dari embargo Iran sepertinya tidak akan terbukti secara besar, sehingga potensi kisruhnya ekonomi dunia juga tidak akan terdampak secara nyata.

Malahan investor emas lebih khawatir dengan pergerakan suku bunga the Fed yang akan agresif yang disebabkan oleh kinerja ekonomi AS yang terus menggeliat sejak Beige Book rilis 3 pekan lalu.

Beberapa data ekonomi AS yang merupakan pendukung suku bunga, semuanya memang menghendaki suku bunga the Fed harus berubah naik, sehingga peluang aset-aset berlatar belakang dolar AS memang terus membaik, dan ini terlihat pada pergerakan yield obligasi pemerintah AS yang terus berada di kisaran tertingginya, sekitar 3%, yang artinya bahwa the Fed sendiri harus segera mendekatkan suku bunganya dengan angka yield obligasi agar perekonomian tidak terus memanas.

Masalah perang dagang AS dengan China memang bisa menjadi jalan masuk bagi sisi beli emas, namun ini semua bergantung kepada Presiden Trump yang dijadwalkan nanti malam akan berdialog dengan Presiden China, Xi Jinping. Trump berharap bahwa dialog ini bisa membuka jalan pembicaraan yang lebih fleksibel bagi kedua belah pihak yang masing-masing membuat tuntutan perdagangannya, di mana China menuntut agar AS menghapus tarif impor China 25% dan AS menuntut China untuk lebih memperketat pengawasan hak cipta AS.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters