Harga Minyak Bergerak Menguat Didorong Masalah Sanksi Iran

0
115

JAVAFX – Harga minyak bergerak menguat didorong masalah sanksi Iran pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini sebagai bentuk kekhawatiran investor akan terbatasnya pasokan minyak dunia di masa mendatang.

Dalam kunjungannya ke AS, Presiden Perancis Emmanuel Macron berharap kepada Presiden Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklirnya dengan Iran dan segera menjatuhkan sanksi baru ke Iran. Memang batas waktu jadi tidaknya sanksi tersebut di 12 Mei nanti, namun pasar langsung bereaksi karena khawatir pasokan minyak dunia akan menurun.

Seperti kita ketahui jika Iran dikenakan sanksi, maka mereka tidak akan melakukan ekspor minyaknya, padahal Iran merupakan produsen ketiga terbesar di OPEC, sehingga dapat dipastikan ketegangan di Timur Tengah akan memuncak lagi.

Situasi ini, telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,20 atau 0,29% di level $68,25 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,37 atau 0,50% di harga $74,37 per barel.

Harga minyak masih bergerak ringan namun cenderung terbatas setelah Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 2,2 juta barel sehingga persediaan rata-rata minyak pemerintah AS sudah diatas angka persediaan 10 tahunnya. EIA juga menyatakan bahwa produksi harian AS mengalami kenaikan 46 ribu bph menjadi 10,59 juta bph, dan segera mengejar produksi minyak Rusia yang sekitar 10,98 juta bph.

Kenaikan harga minyak juga didukung oleh turunnya produksi minyak Venezuela. Seperti kita ketahui produksi minyak Venezuela sudah turun tajam dari 2,5 juta bph di tahun lalu dan sekarang hanya tinggal 1,5 juta bph. Dan apalagi beberapa negara di Asia khususnya China sekarang sudah menaikkan permintaan impirnya karena pembangunan di negara-negara Asia sedang meningkat.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC