AS, Filipina Kutuk Serangan di Laut Lepas oleh Garda Pantai China

0
65

Filipina dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), secara terpisah mengutuk serangan di laut bebas yang dilakukan oleh garda pantai China dan kapal-kapal yang dicurigai milik milisi pada Sabtu (9/12).

Pada insiden itu, kapal-kapal China berkali-kali menembakkan meriam air untuk menghalangi tiga kapal nelayan Filipina agar tidak memasuki sebuah beting yang dalam sengketa di Laut China Selatan.

Seperti dilaporkan oleh Associated Press (AP), serangan pada siang hari oleh kapal-kapal China di lepas pantai Scarborough Shoal adalah salah satu serangan paling agresif pada tahun ini.

Para pejabat Filipina mengatakan serangan itu menyebabkan “kerusakan signifikan” pada peralatan komunikasi dan navigasi milik salah satu dari tiga kapal Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan.” Tanpa menjelaskan lebih jauh, para pejabat itu mengatakan bahwa sejumlah kapal yang dicurigai milik kelompok milisi yang mendampingi kapal garda pantai China menggunakan alat akustik jarak jauh yang bisa merusak pendengaran.

Penggunaan alat itu menimbulkan “ketidaknyamanan sementara yang parah dan melumpuhkan sebagian kru Filipina.” Aksi agresif, ilegal Insiden pada Sabtu (9/12) adalah bentrokan terbaru dalam pertikaian wilayah yang sudah berlangsung lama di Laut China Selatan.

Wilayah laut itu menjadi titik konflik yang menempatkan AS dan China pada posisi yang berseberangan.

China mengklaim nyaris seluruh bagian jalur laut yang strategis, tetapi Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan juga saling mengajukan klaim-klaim yang berbeda.

Sengketa teritorial antara China dan Filipina atas sejumlah wilayah lepas pantai, termasuk beting Scarborough dan Second Thomas, makin memanas pada tahun ini.

AS sudah memperingatkan bahwa pihaknya punya kewajiban untuk membela Filipina jika pasukan, pesawat udara, atau kapal-kapal Filipina menghadapi serangan bersenjata, termasuk di Laut China Selatan.

Filipina dan AS punya perjanjian sekutu yang sudah lama berjalan.

Sebaliknya, China sudah memperingatkan AS agar tidak turut campur dalam apa yang disebutnya sebagai murni sengketa Asia.

China sudah mengerahkan kapal-kapal dan pesawat-pesawat tempur untuk mengawasi kapal-kapal dan pesawat Angkatan Laut AS, yang secara berkala melakukan patroli kebebasan navigasi dan penerbangan di salah satu lautan yang paling disengketakan di dunia.

Gugus tugas pemerintah Filipina yang menangani sengketa wilayah mengatakan Sabtu (9/12) bahwa pihaknya mengutuk dengan keras tindakan ilegal dan agresif yang dilakukan oleh penjaga pantai China dan milisi maritim China terhadap kapal sipil Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan.

“Kami menuntut agar Pemerintah China mengambil tindakan segera untuk menghentikan kegiatan-kegiatan agresif dan menegakkan prinsip-prinsip undang-undang internasional dan menahan agar tidak melakukan aksi-aksi yang akan melanggar batas kedaulatan Filipina dan membahayakan nyawa dan kehidupan nelayan Filipina,” kata Pemerintah Filipina.

Duta Besar AS untuk Filipina, Mary Kay Carlson, mengutuk aksi agresif, ilegal China.

“Perilaku (China) ini melanggar hukum internasional dan membahayakan nyawa serta penghidupan,” kata Carlsson dalam sebuah kiriman teks di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

“Kami berdiri bersama teman-teman Filipina, para mitra, para sekutu dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.” Penerapan langkah-langkah kontrol Dalam pernyataan yang hanya terdiri dari satu kalimat dan diunggah di situs webnya mengatakan pihaknya menerapkan langkah-langkah kontrol sesuai hukum terhadap tiga kapal dinas Filipina yang “menerobos masuk ke wilayah perairan dekat Pulau Huangyan.” Huangyan adalah nama China untuk beting Scarborough Shoal.

Para pejabat Filipina mengatakan kapal-kapal milik biro perikanan berlayar ke Scarborough Shoal untuk memberikan bantuan kemanusiaa, yaitu bahan bakar minyak (BBM) gratis dan paket sembako Natal, kepada nelayan miskin Filipina.

Mereka berada di 30 kapal yang berlayar di wilayah laut yang kaya ikan, tapi jauh letaknya, kata para pejabat.

Mereka mengatakan segerombolan garda pantai China dan kapal-kapal yang menyertainya melakukan tindakan agresif yang berbahaya.

Sejumlah tindakan itu termasuk penggunaan meriam air setidaknya delapan kali, ketika kapal-kapal pemerintah Filipina mendekati hingga jarak 2,6 kilometer-3,5 kilometer dari Scarborough Shoal.

Mereka menambahkan bahwa para garda pantai China memasang penghalang terapung di jalan masuk ke laguna penangkapan ikan yang luas di Scarborough Shoal dan mengerahkan personel menaiki perahu motor kecil untuk mengusir nelayan Filipina yang menunggu distribusi bahan bakar dan pasokan makanan di laut.

“Menghalangi pembagian bantuan kemanusiaan tidak saja ilegal, tetapi juga tidak manusiawi,” kata gugus tugas Pemerintah Fili