AS dan Filipina melakukan patroli udara dan laut bersama di Laut China Selatan.
Patroli tersebut dilakukan sewaktu kedua negara meningkatkan kerja sama dalam menghadapi aktivitas China yang semakin agresif di wilayah itu.
Angkatan Udara Filipina pada Rabu (22/11) mengatakan pesawatnya telah ambil bagian dalam patroli gabungan pada hari Selasa di sekitar Batanes, provinsi paling utara Filipina, yang berjarak hanya sekitar 200 kilometer dari Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang diklaim China sebagai miliknya.
Patroli berlangsung hingga Kamis dan melibatkan Angkatan Laut AS dan Filipina.
Patroli ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
menyebut situasi di Laut China Selatan semakin “mengerikan” karena China berupaya untuk menegaskan kehadirannya di daerah di mana beberapa negara mempunyai klaim teritorial yang tumpah tindih.
China praktis mengklaim seluruh Laut China Selatan sebagai perairan miliknya, yang telah menyebabkan perselisihan bukan hanya dengan Filipina, tetapi juga dengan Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei.
Ini telah lama dianggap sebagai titik konflik potensial di kawasan itu maupun dalam persaingan AS-China.
Sebelumnya bulan ini, sebuah kapal penjaga pantai China menyerang sebuah kapal pemasok logistik Filipina dengan meriam air di perairan sengketa, dan bulan lalu sebuah kapal penjaga pantai China serta sebuah kapal pendampingnya menabrak sebuah kapal penjaga pantai dan kapal pemasok logistik Filipina yang dikelola militer di dekat perairan dangkal yang disengketakan, menurut para pejabat Filipina.
Berbicara pada Minggu di Honolulu, Marcos mengatakan China telah menunjukkan minat terhadap atol dan perairan dangkal yang “semakin dekat” dengan pesisir Filipina, dengan atol terdekat berjarak sekitar 111 kilometer.
Sewaktu mengumumkan dimulainya patroli bersama, Marcos mengatakan di X, yang semula dikenal sebagai Twitter, bahwa patroli itu merupakan “bukti komitmen kami untuk meningkatkan interoperabilitas pasukan militer kami.” “Melalui upaya-upaya kolaboratif, kami ingin meningkatkan keamanan regional dan membina kemitraan yang mulus dengan AS dalam mengamankan kepentingan bersama kami,” tulisnya.
Di bawah Marcos, yang terpilih tahun lalu, Filipina telah memperdalam hubungannya dengan AS.
Ini berbeda dengan pendahulunya Rodrigo Duterte, yang lebih dekat dengan China dan Rusia.
Pada Februari lalu, Marcos menyetujui perluasan kehadiran militer AS di Filipina untuk menambah empat pangkalan baru dari lima yang telah ada sekarang ini, berdasarkan Perjanjian Peningkatan Kerja Sama Pertahanan 2014 antara sekutu berdasarkan perjanjian yang telah berlangsung lama itu.
Langkah tersebut, yang dikatakan Marcos akan meningkatkan pertahanan pesisir Filipina, sejalan dengan upaya pemerintahan presiden AS Joe Biden untuk memperkuat aliansi militer di Indo-Pasifik untuk menghadapi China dengan lebih baik lagi.