Biden Tanggapi Pembunuhan Anak di Illinois yang Bermotif Kebencian

0
65

Presiden Amerika Joe Biden pada Minggu (15/10) malam menyampaikan “belasungkawa dan doa” kepada keluarga seorang anak berusia enam tahun di Illinois, yang dibunuh secara brutal pada Sabtu (14/10) lalu oleh seorang tersangka pelaku yang kini didakwa dengan pasal kejahatan bermotif kejahatan kebencian atau hate crime.

“Jill dan saya sangat terkejut dan muak ketika mengetahui pembunuhan brutal terhadap seorang anak berusia enam tahun dan percobaan pembunuhan terhadap ibu anak tersebut di rumah mereka kemarin di Illinois,” demikian petikan pernyataan awal Biden yang dirilis Gedung Putih.

“Keluarga Muslim Palestina anak tersebut datang ke Amerika untuk mencari apa yang kita semua cari, yaitu sebuah tempat berlindung untuk hidup, belajar, dan beribadah dengan tenang,” tambahnya.

Korban jadi target karena agama Kantor Sherrif Will County dalam sebuah pernyataan di media sosial mengatakan petugas menemukan perempuan dan anak laki-laki itu pada Sabtu (14/10) pagi di sebuah rumah di daerah yang tidak termasuk dalam wilayah Plainfield Township, barat daya Chicago.

Anak laki-laki itu dinyatakan meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

Sementara korban perempuan mengalami beberapa luka tusuk, tetapi diperkirakan akan selamat.

Autopsi yang dilakukan atas mayat anak laki-laki berusia enam tahun itu mendapati ia telah ditikam puluhan kali.

“Para detektif dapat menentukan bahwa kedua korban dalam serangan brutal ini menjadi target tersangka karena mereka adalah Muslim dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel,” kata pernyataan sheriff itu.

Polisi pada Minggu (15/10) menuduh Joseph M.

Czuba, yang berusia 71 tahun, telah dengan sengaja menarget kedua korban karena agama Islam yang mereka anut, dan sebagai reaksi terhadap perang Israel-Hamas.

Czuba didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama, percobaan pembunuhan tingkat pertama, dua tuduhan kejahatan bermotif kebencian dan penyerangan, yang diperburuk dengan senjata mematikan.

Dia ditahan pada Minggu dan akan segera dihadirkan ke pengadilan.

Hate crime tak punya tempat di AS Presiden menegaskan bahwa “tindakan kebencian yang mengerikan ini tidak memiliki tempat di Amerika, dan bertentangan dengan nilai-nilai dasar kita: kebebasan dari rasa takut atas cara kita beribadah, apa yang kita yakini, dan siapa kita.” Lebih jauh Biden mengatakan “sebagai warga Amerika, kita harus bersatu dan menolak Islamofobia serta segala bentuk kefanatikan dan kebencian.

Saya telah mengatakan berulang kali bahwa saya tidak akan diam menghadapi kebencian.

Kita harus tegas.

Tidak ada tempat di Amerika untuk kebencian terhadap siapa pun.” Di akhir pernyataannya, Biden dan Ibu Negara Jill bersama semua orang di Gedung Putih “menyampaikan belasungkawa dan doa kepada keluarga, termasuk untuk kesembuhan sang ibu, dan untuk komunitas Palestina, Arab, dan Muslim Amerika yang lebih luas.” Anti-Yahudi dan Islamofobia Menguat Dalam beberapa hari terakhir ini, aparat federal dan polisi di banyak kota di AS berada dalam kondisi sangat waspada akan potensi terjadinya aksi kekerasan yang dipicu oleh sentimen anti-Yahudi dan Islamofobia.

Kelompok-kelompok Yahudi dan Muslim telah melaporkan adanya peningkatan retorika kebencian dan ancaman di media sosial.

Menurut kantor sheriff Will County, perempuan yang menjadi korban di Chicago itu telah menelepon 911 untuk melaporkan pemilik rumah sewa yang ditempatinya, telah menyerangnya dengan pisau.

Dia mengatakan bahwa dia kemudian berlari ke kamar mandi dan terus melawannya.

Pihak berwenang mengatakan laki-laki yang dicurigai dalam serangan tersebut ditemukan di luar rumah, sedang “duduk tegak di tanah dekat jalan masuk kediaman” dengan luka di dahinya.

Kami manusia, bukan binatang Pihak berwenang belum merilis nama kedua korban.

Namun, seorang laki-laki bernama Yousef Hannon, mengaku sebagai paman anak laki-laki itu.

Dalam konferensi pers yang digelar oleh Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations/CAIR) Cabang Chicago, Hannon mengidentifikasi anak laki-laki itu sebagai Wadea Al-Fayoume, seorang anak Amerika keturunan Palestina yang baru-baru ini merayakan ulang tahunnya yang keenam.

CAIR mengidentifikasi perempuan yang menderita luka tusuk serius sebagai ibunda Wadea.

“Kami bukan binatang, kami manusia.

Kami ingin orang-orang melihat kami, merasakan kehadiran kami, berurusan dengan kami sebagai manusia.

Karena itulah jadi diri kami,” kata Hannon, warga negara AS keturunan Palestina yang bermigrasi ke AS pada 1999.

Sejak tiba di AS, Hannon sudah melakoni berbagai pekerjaan, termasuk dengan menjadi guru sekolah pemerintah.

Mimpi terburuk CAIR menyebut kejahatan itu sebagai “mimpi terburuk kami,” dan bagian dari lonjakan telpon dan email bernada kebencian sejak pecahnya perang Hamas-Israel.

CAIR mengutip beberapa pesan SMS di antara anggota keluarga Hannon yang menunjukkan bahwa penyerang telah membuat sejumlah pernyataan Direktur CAIR Cabang Chicago, Ahmed Rehab, mengatakan “hati warga Palestina di Amerika pada dasarnya hancur melihat apa yang terjadi pada rakyat Palestina…dan kini mereka juga harus mengkhawatirkan keselamatan jiwa mereka, di negara yang paling bebas di dunia ini.” Sebelumnya dalam wawancara dengan VOA di kantor pusat CAIR di Washington DC pada Jumat (13/10) lalu, Direktur CAIR-Maryland, Zainab Chaudry mengatakan telah menerima banyak pengaduan dari siswa Muslim dan Arab, di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, mengenai insiden yang menimpa mereka.

Insiden-insiden itu antara lain ketika seseorang atau sekelompok orang meneriakkan hinaan rasial, memfoto dan memvideokan mereka sepulang dari sekolah atau keluar dari masjid, mengancam akan memasang data pribadi mereka di media sosial (doxing), mengomentari pesan mereka di media sosial dengan hinaan rasial atau pesan yang menciptakan rasa permusuhan dan lainnya.

Hal ini terjadi karena para siswa atau mahasiswa itu mengenakan atribut yang mencerminkan agama mereka, atau menyampaikan dukungan terhadap urgensi hak asasi manusia bagi warga Palestina.

Zainab menyerukan kepada warga Muslim yang mengalami hal ini untuk segera melapor kepada pihak berwenang atau ke kantor CAIR terdekat.