Setelah mendapat tekanan dari Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, Beijing akhirnya mengutuk serangan yang dilancarkan Hamas di Israel namun tanpa menyebut nama kelompok tersebut.
Dalam pernyataan terbaru dari pihak Kementerian Luar Negerinya, China mengutuk “semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil” dan mengatakan “tugas paling mendesak saat ini adalah melakukan gencatan senjata dan memulihkan perdamaian.” Pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (9/10) itu muncul setelah Schumer, seorang Demokrat, menyatakan kekecewaannya kepada pemimpin China Xi Jinping atas pernyataan China sebelumnya terkait serangan pada Sabtu (7/10) lalu yang hanya menyerukan untuk menahan diri.
“Saya menyampaikan kepada Presiden Xi mengenai kekejaman yang dilakukan terhadap Israel dan perlunya komunitas dunia untuk bersatu melawan terorisme bersama rakyat Israel dan dengan tegas meminta Presiden Xi agar menteri luar negeri China mempertegas pernyataan itu,” kata Schumer dalam sebuah pernyataan.
Namun, pada konferensi pers rutin pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China tidak menyebut nama Hamas dan menolak untuk menggambarkan serangan yang dilancarkan oleh militan itu sebagai tindakan terorisme.
Hanya Kedutaan Besar China di Israel yang menyebut Hamas dan menyebut militan itu sebagai “teroris” ketika dikatakan bahwa seorang perempuan muda keturunan Israel dan China termasuk di antara sandera yang ditangkap oleh pejuang Hamas, menurut kantor berita The Associated Press.
Sejumlah analis yakin bahwa China menghindari untuk mengutuk Hamas secara langsung untuk menjaga pengaruh mereka di negara-negara berkembang.
Jonathan Schanzer, wakil presiden senior untuk penelitian di Foundation for Defense of Democracies, mengatakan kepada VOA Mandarin, “China selalu mempunyai kecenderungan untuk berpihak pada dunia Arab dan bahkan pihak-pihak yang tak bernegara yang ditopang oleh negara-negara yang bermasalah.” Benjamin H.
Friedman, direktur kebijakan di lembaga Defense Priorities, mengatakan kepada VOA Mandarin bahwa, “China tengah berupaya mengambil posisi netral yang lebih luas dibandingkan Amerika Serikat, atau makelar yang jujur, dan tidak mesti bersekutu dengan Israel, seperti yang AS lakukan.
Dan saya pikir hal itu sejalan dengan keinginannya untuk mendapatkan pengaruh di sejumlah negara-negara berkembang.”