Tensi Geopolitik Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Menguat

0
97

JAVAFX – Tensi geopolitik Timur Tengah memanas, harga minyak menguat pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini sebagai bentuk aksi khawatir bahwa pasokan minyak dunia bisa terganggu.

Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,24 atau 0,36% di level $67,06 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,11 atau 0,15% di harga $72,17 per barel.

Meskipun Suriah bukan negara produsen minyak utama dunia, namun letak Suriah sangat strategis bagi lalu-lintas perdagangan minyak, di mana negara tersebut merupakan persimpangan jalur pipa minyak dan gas yang berasal dari belahan Timur dan Selatan yang menuju ke kawasan Barat. Belahan Timur yaitu dari Asia, Rusia dan jazirah Arab, serta dari Selatan yaitu jalur minyak dari Afrika, maka posisi Suriah bisa menentukan pasokannya ke Eropa lancar atau tidak.

Persengketaan ini tentu membuat investor khawatir terhadap masa depan kelancaran pasokan minyak dunia, sehingga sisi beli minyak sangat kental sejak semalam setelah Pentagon sudah mempersiapkan diri bersama Inggris untuk melakukan serangan udara ke Damaskus. Dewan Keamanan PBB sejauh ini massih belum memutuskan apapun dengan persoalan Suriah ini, seiring dengan tuntutan AS dan Nato agar Rusia dan Suriah memberikan jawaban bahwa pihak pemerintah Suriah tidak memakai senjata kimia selama ini.

Namun penguatan harga minyak tersebut sedikit terbatas semalam oleh laporan data persediaan minyak AS versi dari pemerintah yaitu dari EIA yang menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 3,3 juta barel hingga 6 April lalu. Pasar sendiri sempat dikejutkan oleh proyeksi EIA bahwa di 2019 nanti, produksi minyak AS bisa naik 750 ribu bph menjadi total 11,44 juta bph, jauh di atas angka produksi Rusia yang hanya 10,90 juta bph.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC