AS, China Susun Visi Tatanan Dunia Baru di Tengah Perbedaan HAM

0
68

Di saat para pemimpin dunia berkumpul di New York untuk Sidang Umum PBB ke-78 pada bulan ini, Amerika Serikat dan China, yang sudah terlibat persaingan sengit untuk memperluas pengaruh global, mengungkapkan visi yang berbeda untuk era tatanan internasional berikutnya.

“Satu era berakhir, era baru akan dimulai,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ketika membeberkan cetak biru pemerintahan Biden yang ambisius untuk masa depan pada Rabu (13/9).

Mengecam China karena mendukung rezim otokratis di seluruh dunia, dan Rusia karena melancarkan perang yang tidak seimbang dengan Ukraina, Blinken menyatakan komitmen AS untuk membina aliansi yang mendukung demokrasi, memperjuangkan hak asasi, dan mendorong pembangunan ekonomi.

“Kami akan memajukan visi ini dengan dipandu kesadaran akan kepentingan pribadi yang telah lama menjiwai kepemimpinan Amerika dalam kondisi terbaiknya.” Sementara itu pekan ini, China meluncurkan Proposal Republik Rakyat China mengenai Reformasi dan Pembangunan Tata Kelola Global.

“Kemanusiaan kembali berada di persimpangan jalan,” ungkap proposal yang terdiri dari 5.400 kata, yang menyerukan multilateralisme yang lebih besar dalam urusan internasional dengan PBB yang telah direformasi dan Dewan Keamanan yang diperluas sebagai intinya.

“Bersama-sama, kita akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat manusia,” proposal tersebut menyimpulkan.

Amerika Serikat dan China mengungkapkan keinginan akan sistem pemerintahan global dengan peningkatan partisipasi dari para negara berkembang.

Kedua negara sepakat untuk memperluas Dewan Keamanan PBB.

Namun perluasan tersebut terus menjadi topik perdebatan panas tanpa ada solusi nyata dari kedua pihak.

Selain itu, keraguan muncul terkait niat sebenarnya yang dimiliki oleh kedua negara adidaya tersebut.

“Apa yang keduanya katakan bukanlah apa yang sebenarnya mereka inginkan,” ujar Hossein Askari, profesor di bidang politik di George Washington University.

Di bawah lapisan multilateralisme, kedua negara adidaya itu mungkin mencari cara untuk memperbesar kepentingan mereka sendiri, ujar Askari kepada VOA.

“Jadi, China, Rusia mengatakan bahwa mereka menginginkan dunia baru tanpa ada kekuatan yang mendominasi.

Namun itu hanyalah ucapan manis belaka.

Mereka mendukung adanya kekuatan baru bagi negara-negara [global] selatan dalam rangka mendapat dukungan dalam pertarungan mereka melawan AS,” kata Askari.

“Di sisi lalin, AS ingin tetap berada di puncak teratas dunia unipolar.

AS membutuhkan aliansi baru di seluruh dunia untuk menantang China yang kian berkembang,” ujarnya.

[ka