Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjabat erat tangan Putra Mahkota Arab Saudi setelah kedua sempat menjalani hubungan yang “memanas.” Biden dengan hangat menyambut pemimpin de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman, setelah mereka tampil bersama beberapa pemimpin lainnya di konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 pada Sabtu (9/9) di New Delhi.
Para pemimpin berkumpul untuk mengumumkan rencana ambisius terkait pembangunan koridor kereta api dan pelayaran yang menghubungkan India dengan Timur Tengah dan Eropa.
Biden tersenyum dan berjabat tangan dengan sang putra mahkota, yang sering disapa dengan inisial MBS, saat pengumuman selesai.
Tuan rumah G20 tahun ini, Perdana Menteri India Narendra Modi, yang melihat momen tersebut dengan cepat meletakkan tangannya di atas tangan kedua pemimpin tersebut.
Sambutan ramah itu sangat kontras dengan kali terakhir Biden dan putra mahkota bertemu, lebih dari setahun lalu, di Jeddah, Arab Saudi.
Dalam pertemuan itu, Biden dengan canggung menyapa putra mahkota dengan jabat tangan singkat.
Momen tersebut menuai kritik tajam dari para aktivis hak asasi manusia (HAM), yang sudah kesal dengan keputusan Biden untuk bertemu dengan pemimpin Saudi tersebut.
Bin Salman mendapat kritik tajam karena pelanggaran HAMnya.
Para pejabat intelijen AS menyebut bahwa sang pangeran menyetujui pembunuhan penulis Jamal Khashoggi, pengkritik vokal keluarga penguasa kerajaan tersebut, yang berbasis di AS pada 2018, Biden menolak berbicara dengan Pangeran Mohammed pada awal pemerintahannya.
Sebagai calon presiden pada 2020, Biden mengatakan dia ingin membuat Saudi “bertanggung jawab atas perbuatan mereka, dan menjadikan mereka paria yang sebenarnya.” Namun, kekhawatiran mengenai isu HAM akhirnya pupus oleh sejumlah faktor lain, termasuk ambisi nuklir Iran, pasar minyak yang tidak stabil setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Pemerintahan Biden akhirnya mengakui bahwa pangeran mahkota kemungkinan akan menjadi suara penting dari salah satu negara paling istimewa di Timur Tengah dalam beberapa tahun ke depa