Harga minyak stabil di perdagangan Asia pada Senin sore, di tengah ekspektasi bahwa produsen utama akan membatasi pasokan, karena meningkatnya harapan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga untuk menghindari penurunan perekonomian AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan November turun tipis 3 sen menjadi diperdagangkan di 88,52 dolar AS per barel pada pukul 06.48 GMT.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober diperdagangkan tidak berubah pada 85,55 dolar AS per barel.
Kedua kontrak tersebut berakhir pekan lalu pada level tertinggi dalam lebih dari setengah tahun, setelah dua minggu sebelumnya mengalami kerugian.
“Harga minyak mentah terutama didorong oleh antisipasi pengurangan pasokan tambahan dari negara-negara penghasil minyak utama, Rusia dan Arab Saudi,” kata Sugandha Sachdeva, wakil presiden eksekutif dan kepala strategi di Acme Investment Advisors.
Namun Sachdeva menambahkan bahwa peningkatan produksi minyak AS yang stabil dapat membatasi kenaikan harga yang signifikan lebih lanjut.
Rusia telah sepakat dengan mitranya di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengenai parameter kelanjutan pengurangan ekspor, kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada Kamis (31/8/2023).
Pengumuman resmi yang merinci rencana pemotongan diperkirakan akan diumumkan pada minggu ini.
Rusia telah mengatakan akan memangkas ekspor sebesar 300.000 barel per hari pada September, menyusul pemotongan 500.000 barel per hari pada Agustus.
Arab Saudi juga diperkirakan akan melanjutkan pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga Oktober.
Berbicara pada Senin di konferensi APEC di Singapura, kepala eksekutif Vitol, Russell Hardy mengatakan pasar minyak mentah global akan menjadi tidak terlalu ketat dalam enam hingga delapan minggu ke depan karena pemeliharaan kilang, namun pasokan minyak mentah asam dengan kandungan sulfur lebih tinggi akan tetap terbatas.
“Karena pemotongan OPEC+, tidak ada pasokan yang cukup (minyak mentah asam) untuk semua kilang di India, Kuwait, Jizan, Oman, dan China,” kata Hardy.
Di AS, pertumbuhan lapangan kerja memperoleh momentum pada Agustus, namun tingkat pengangguran meningkat menjadi 3,8 persen dan kenaikan upah melambat, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja mulai melambat dan memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve tidak akan semakin melemahkan perekonomian dengan menaikkan suku bunga bulan ini.
Di China, aktivitas manufaktur secara tak terduga meningkat pada Agustus, seperti yang ditunjukkan oleh data survei PMI manufaktur Caixin, mengurangi beberapa pesimisme terhadap kesehatan ekonomi negara importir minyak terbesar di dunia tersebut.
Langkah-langkah dukungan ekonomi yang dilakukan Beijing pada minggu lalu, seperti penurunan suku bunga deposito di beberapa bank terbesar milik negara dan pelonggaran aturan peminjaman bagi pembeli rumah, juga telah mendukung harga.
Namun, investor masih menunggu langkah-langkah yang lebih substansial untuk menopang sektor properti, yang merupakan salah satu hambatan utama bagi perekonomian China sejak negara tersebut keluar dari pandemi COVID-19.