Dalam mengikuti kesuksesan pendaratan di bulan oleh Chandrayaan-3, Badan Antariksa India siap meluncurkan roket pada Sabtu untuk mempelajari matahari.
Wahana matahari berbasis luar angkasa pertama India itu akan mempelajari angin matahari yang dapat menyebabkan gangguan di Bumi yang sering dilihat sebagai aurora.
Diberi nama dari bahasa Hindi yang berarti matahari, Aditya-L1 dijadwalkan meluncur pada 11.50 waktu setempat.
Misi ke matahari itu dilaksanakan setelah India mengalahkan Rusia pada Agustus dan menjadi negara pertama yang mendarat di kutub selatan Bulan.
Meski Rusia memiliki roket yang lebih bertenaga, Chandrayaan-3 milik India bertahan lebih lama daripada Luna-25 milik Rusia dan berhasil mendarat sesuai rencana.
Pesawat luar angkasa Aditya-L1 didesain untuk bepergian dengan jarak sekitar 1,5 juta kilometer selama empat bulan menuju semacam tempat parkir di antariksa.
Di antariksa, benda-benda cenderung untuk tetap diam karena gaya gravitasi yang seimbang, sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar roket.
Posisi ini disebut Lagrange Points, yang diberi nama sesuai dengan ahli matematika Italia-Prancis Joseph-Louis Lagrange.
Misi itu memiliki kapasitas untuk membuat “ledakan besar dalam istilah ilmu pengetahuan” kata Somak Raychaudhury.
Raychaudhury terlibat dalam pengembangan beberapa komponen dari fasilitas pengamatan, kemudian menambahkan bahwa partikel energi yang dikeluarkan oleh matahari dapat menghantam satelit yang mengontrol komunikasi di Bumi.
“Ada beberapa kejadian di mana layanan komunikasi besar mengalami kegagalan karena satelit terkena emisi corona yang besar,” ujarnya, memaparkan.
“Satelit di orbit yang lebih rendah adalah fokus utama dari perusahaan swasta global, yang membuat misi Aditya-L1 menjadi proyek yang sangat penting,” katanya, menambahkan.
Para peneliti berharap dapat mempelajari lebih lanjut mengenai efek radiasi matahari terhadap ribuan satelit di orbit Bumi.
Jumlah itu terus bertambah dengan kesuksesan usaha seperti jaringan komunikasi Starlink dari perusahaan SpaceX milik Elon Musk.
“Orbit rendah Bumi telah menjadi padat satelit akibat partisipasi swasta, jadi pemahaman mengenai keamanan satelit ini menjadi sangat penting dalam lingkungan angkasa saat ini,” kata Rama Rao Nidamanuri.
Nidamaru adalah kepala Departemen Bumi dan Luar Angkasa di Institut Ilmu Angkasa dan Teknologi India.
Untuk jangka panjang, data dari misi itu dapat membantu lebih jauh pemahaman mengenai pengaruh matahari terhadap pola iklim Bumi dan asal dari angin matahari, aliran partikel yang keluar dari matahari menuju sistem tata surya, menurut ilmuwan dari Badan Riset Luar Angkasa India ISRO.
Atas dorongan Perdana Menteri Narendra Modi, India merangkul swasta dalam program peluncuran luar angkasa dan sedang melirik kemungkinan untuk membuka sektor itu bagi investasi asing sesuai target untuk meningkatkan nilai saham hingga lima kali lipat dalam pasar peluncuran global dalam 10 tahun ke depan.
Ketika luar angkasa menjadi bisnis global, India juga mengandalkan keberhasilan ISRO untuk menunjukkan kehebatannya di sektor ini.Wahana antariksa India Chandrayaan-3 mendarat di bulan