“Perilaku agresif” China di wilayah Laut China Selatan, termasuk penggunaan meriam air oleh pengawal pantainya yang menyasar kapal Filipina, harus dipertanyakan dan diperiksa, kata komandan Armada Ketujuh Amerika Serikat pada Minggu (27/8).
Laksamana Muda Karl Thomas memberikan jaminan dukungan AS kepada Filipina yang tengah menghadapi tantangan di kawasan tersebut.
Ia mengatakan “pasukan saya ada di sana untuk misi tertentu.” Armada Angkatan Laut AS yang terbesar – Armada Ketujuh – yang bermarkas di Jepang, mengoperasikan 70 kapal, sekitar 150 pesawat terbang dan lebih dari 27 ribu pelaut.
Armada tersebut beroperasi di sebuah kawasan seluas 124 juta kilometer persegi yang meliputi wilayah dari pangkalan di Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
“Anda harus menantang pihak yang beroperasi di zona abu-abu.
Ketika mereka berlaku secara berlebihan dan mendorong kita, kita harus melawan, Anda harus berlayar dan beroperasi,” kata Thomas kepada Reuters.
“Benar-benar tidak ada contoh yang lebih baik soal perilaku agresif itu selain kegiatan pada tanggal 5 Agustus di beting,” tambahnya.
Pada 5 Agustus lalu, sebuah kapal pengawal pantai China menggunakan meriam air dan menyasar sebuah kapal Filipina yang mengangkut pasokan untuk pasukan di sebuah kapal perang milik Filipina yang sengaja didaratkan di sebuah beting di Laut China Selatan.
Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permohonan untuk memberi komentar.
Thomas mengatakan pihaknya telah membahas insiden tersebut dengan Laksamana Muda Alberto Carlos, Kepala Komando Barat Filipina, yang mencakup Laut China Selatan, untuk memahami apa saja tantangan yang dihadapinya sehingga dapat menemukan cara untuk membantunya.