Minyak datar di Asia di tengah kekhawatiran China dan suku bunga AS

0
71
Taken with sony a7 2

Harga minyak datar di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah jatuh selama tiga sesi terakhir di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan di China dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut akan melemahkan permintaan bahan bakar di dua ekonomi terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan datar di 83,45 dolar AS per barel pada pukul 06.45 GMT, setelah awalnya turun 0,5 persen.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis 8 sen menjadi diperdagangkan pada 79,30 dolar AS per barel.

“Kekhawatiran ekonomi China dan sentimen penghindaran risiko yang luas di Wall Street menekan pasar minyak, dengan dolar AS yang kuat menambah tekanan penurunan pada saat yang sama,” kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Pedagang akan mengamati dengan cermat data ekonomi China dan langkah kebijakan pemerintah, selain data persediaan minyak AS karena produsen minyak di negara tersebut dapat mulai meningkatkan produksi untuk mendapatkan pangsa pasar di tengah pengurangan produksi oleh grup OPEC+, kata Teng.

Di China, pembayaran yang terlewatkan untuk produk-produk investasi oleh perusahaan perwalian (trust) China terkemuka dan penurunan harga rumah telah menambah kekhawatiran bahwa krisis properti yang semakin dalam mencekik momentum ekonomi yang tersisa.

Bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya dalam tiga bulan minggu ini, tetapi para analis khawatir itu mungkin tidak cukup untuk menahan spiral penurunan ekonomi.

Risalah pertemuan Juli Federal Reserve AS yang dirilis pada Rabu (16/8) juga membebani harga minyak, karena menunjukkan bahwa pejabat bank sentral tidak memberikan indikasi kuat tentang penghentian kenaikan suku bunga, ketika mereka terus memprioritaskan pertempuran melawan inflasi.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

“Harga minyak mentah akan berjuang di sini karena kami memiliki sentimen bearish di dua ekonomi terbesar dunia,” kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.