Korea Utara, Rabu (19/7), tetap diam soal penahanan tentara Amerika yang melintasi perbatasan Korea yang dijaga militer dengan sangat ketat.
Tentara itu sebelumnya diperintahkan pulang ke Amerika untuk menghadapi kemungkinan disiplin dan pemecatan militer.
Prajurit Pangkat 2 Travis King masuk ke Korea Utara, Selasa (18/7), ketika sedang tur ke Zona Demiliterisasi.
Ia seharusnya sudah kembali ke pangkalan militer di Amerika.
King telah dibebaskan dari penjara Korea Selatan minggu lalu setelah mendekam hampir dua bulan karena penyerangan.
Nasibnya di Korea Utara belum diketahui, tetapi pemerintah Korea Utara sebelumnya telah menahan orang-orang Amerika dan tidak segera membebaskan mereka.
Kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik dan ketegangan di antara mereka tetap tinggi.
Pada Rabu, Korea Utara melakukan uji coba, menembakkan dua rudal balistik ke laut, jelas sebagai protes atas penempatan kapal selam bersenjata nuklir Amerika di Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun.
Tibanya USS Kentucky, yang mampu meluncurkan rudal balistik Trident II dengan jangkauan 12.000 km, merupakan langkah yang sangat simbolis, menandakan Amerika akan mendukung Korea Selatan jika terjadi serangan nuklir Korea Utara.
Yang Moo-jin, presiden University of North Korean Studies di Korea Selatan mengatakan kepada kantor berita Associated Press, “Korea Utara mungkin akan menggunakan tentara itu untuk tujuan propaganda dalam jangka pendek dan kemudian sebagai alat tawar dalam jangka menengah hingga jangka panjang.”