Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (12/7) menggarisbawahi perlunya aksi sesegera mungkin mereformasi sistem keuangan global untuk mengatasi krisis utang yang terjadi saat ini.
Pernyataan Guterres itu disampaikan saat peluncuran laporan terbaru oleh Kelompok Tanggap Krisis Global PBB (UN Global Crisis Response Group), berjudul “A World of Debt”.
“Separuh dunia kita tenggelam dalam bencana pembangunan, yang dipicu oleh krisis utang yang menghancurkan,” katanya, mengutip pesan utama laporan tersebut.
Sekitar 3,3 miliar orang, hampir separuh dari umat manusia, tinggal di negara-negara yang membelanjakan lebih banyak untuk pembayaran bunga utang daripada untuk pendidikan atau kesehatan, imbuhnya.
Menyebutnya hal itu sebagai “kegagalan sistemik”, Sekjen PBB tersebut mencatat bahwa beberapa negara termiskin dipaksa memilih antara membayar utang atau membelanjakan uangnya untuk rakyat mereka.
Mereka hampir tidak memiliki ruang fiskal untuk investasi penting dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau transisi ke energi terbarukan, katanya.
Guterres menunjukkan bahwa pada 2022, utang publik global menyentuh rekor 92 triliun dolar AS, dengan negara-negara berkembang memikul jumlah yang tidak proporsional.
Pangsa pasar yang tumbuh dipegang oleh kreditur swasta yang membebankan suku bunga setinggi langit ke banyak negara berkembang.
Rata-rata, negara-negara Afrika membayar pinjaman empat kali lipat lebih banyak dibandingkan AS dan delapan kali lebih banyak daripada negara-negara Eropa terkaya.
“Ini salah satu hasil dari ketidaksetaraan yang terbangun dalam sistem keuangan global kita yang sudah ketinggalan zaman, yang mencerminkan dinamika kekuatan kolonial pada era ketika sistem itu diciptakan,” kata Sekjen PBB tersebut.
Sistem itu belum memenuhi mandatnya sebagai jaring pengaman untuk membantu semua negara mengelola rangkaian guncangan tak terduga saat ini termasuk pandemi COVID-19, dampak krisis iklim, dan konflik di Ukraina, katanya.
Reformasi mendalam pada sistem keuangan global tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi ada banyak langkah yang dapat diambil saat ini, tegasnya.
“Aksi tidak akan mudah.
Namun aksi itu penting dan mendesak,” kata Guterres.