Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (27/6) melaporkan bahwa mereka hanya menerima 20 persen dari 54,8 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.026) yang dibutuhkan untuk membantu masyarakat di seluruh dunia tahun ini.
“Kesenjangan pendanaan ini menimbulkan konsekuensi nyata antara lain pada kerawanan pangan, kesehatan, dan perlindungan bagi jutaan orang, dan kami mendorong para pendonor untuk terus berkontribusi dengan murah hati pada rencana-rencana respons kemanusiaan,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA).
“Dengan kebutuhan yang meningkat secara eksponensial, pendanaan kesulitan untuk mengimbanginya.” Hingga pertengahan tahun ini, OCHA mengatakan terdapat 362 juta yang orang membutuhkan bantuan atau 13 juta lebih banyak dari jumlah orang yang membutuhkan bantuan pada awal tahun.
“Ini berarti satu dari 22 orang di dunia kini membutuhkan bantuan,” ujar OCHA.
“Pendanaan yang tidak merata di seluruh situasi darurat dan sektor telah menantang kemampuan kami untuk merespons kebutuhan yang melonjak.” OCHA mengatakan krisis-krisis yang kekurangan dana termasuk Myanmar, Afghanistan, Burkina Faso, Republik Demokratik (RD) Kongo, Somalia, dan Venezuela.
RD Kongo menjadi contoh tantangan yang dihadapi OCHA.
Salah satu krisis kemanusiaan paling kompleks dan berkepanjangan di dunia, RD Kongo membutuhkan bantuan sebesar 1,88 miliar dolar AS pada 2022.
Tahun ini, negara tersebut membutuhkan 2,25 miliar dolar AS untuk menyediakan bantuan dan perlindungan bagi 10 juta orang, ungkap OCHA.