Jumlah penduduk dunia yang telantar akibat perang, penganiayaan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) meningkat drastis menjadi 108,4 juta orang sampai akhir 2022.
Angka itu naik 19,1 juta orang dibandingkan dengan setahun sebelumnya dan merupakan peningkatan terbesar yang pernah tercatat, kata Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Rabu (14/6).
Dalam laporan tahunannya yang bertajuk “Tren Migrasi Paksa Global 2022”, UNHCR menyebutkan tren peningkatan migrasi paksa global ini tidak memperlihatkan tanda-tanda bakal melambat pada 2023 seiring dengan meletusnya konflik di Sudan yag memicu arus keluar baru sehingga total globalnya bertambah menjadi sekitar 110 juta orang sampai Mei.
Menurut laporan tersebut, dari total global itu, sekitar 35,3 juta orang merupakan pengungsi yang melintasi perbatasan internasional demi mendapatkan perlindungan.
Jumlah pengungsi Ukraina melonjak dari 27.300 orang sampai akhir 2021 menjadi 5,7 juta orang sampai akhir 2022.
Angka ini adalah angka keluar pengungsi paling cepat sejak Perang Dunia Kedua.
Pengungsi Sudan Selatan yang mengungsi akibat konflik di Sudan terlihat di pusat penerimaan pengungsi di Renk, Upper Nile, Sudan Selatan, pada 30 April 2023.
(Denis Elamu/Xinhua) Pada akhir 2022, diperkirakan 4,4 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak jelas kewarganegaraannya.
Angka itu naik 2 persen dibandingkan dengan akhir 2021, tunjuk laporan tersebut.
Dari segi kemampuan ekonomi dan rasio penduduk, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah di seluruh dunia menampung sebagian besar pengungsi.
Sebanyak 46 negara tertinggal yang menyumbangkan kurang dari 1,3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global, harus menampung lebih dari 20 persen total pengungsi dunia.
Pengungsi menunggu makanan yang dibagikan sebuah LSM lokal di distrik Baidoa, Somalia, pada 20 Januari 2023.
(Abdi/Xinhua) “Masyarakat di seluruh dunia terus menunjukkan penerimaan yang luar biasa tinggi kepada pengungsi dengan memberikan perlindungan dan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, tetapi masih perlu adanya dukungan internasional yang lebih besar lagi dan pembagian tanggung jawab yang lebih adil, terutama bagi negara-negara yang menampung sebagian besar pengungsi di dunia,” kata Komisioner Tinggi Badan Pengungsi PBB Filippo Grandi.
“Yang terpenting, harus ada upaya lebih besar guna mengakhiri konflik dan menyingkirkan hambatan sehingga pengungsi memiliki pilihan realistis untuk kembali ke rumah mereka secara sukarela, aman, dan terhormat,” imbuh Grandi.
Laporan UNHCR terbaru ini dipublikasikan enam bulan menjelang Forum Pengungsi Global kedua di Jenewa, Swiss.