Harga minyak turun sedikit di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena optimisme bahwa gagal bayar utang AS akan dihindari dan data inflasi masih tinggi dapat menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga dari bank-bank sentral global.
Minyak mentah berjangka Brent turun tipis 2 sen menjadi diperdagangkan di 75,84 dolar AS per barel pada pukul 00.15 GMT.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 10 sen atau 0,043 persen, menjadi diperdagangkan di 71,76 dolar AS per barel.
Awal pekan ini, Presiden AS Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy menegaskan kembali tujuan mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang federal sebesar 31,4 triliun dolar AS, dan setuju untuk berbicara segera setelah Minggu (21/5/2023).
Optimisme atas kesepakatan ditambah data yang menunjukkan klaim pengangguran awal lebih rendah dari perkiraan mendorong dolar AS pada Kamis (18/5/2023) ke level tertinggi sejak 17 Maret terhadap sekeranjang mata uang.
Dolar yang lebih kuat dapat membebani permintaan minyak karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Juga membebani pasar adalah data inflasi yang terus-menerus tinggi dan komentar hawkish dari bank-bank sentral global.
Harga konsumen inti Jepang melonjak 3,4 persen pada April dari tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan pada Jumat.
Kenaikan indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk makanan segar yang mudah berubah tetapi termasuk biaya energi, sesuai dengan rata-rata perkiraan pasar dan mengikuti kenaikan 3,1 persen pada Maret.
Inflasi AS tampaknya tidak mendingin cukup cepat untuk memungkinkan Federal Reserve menghentikan kampanye kenaikan suku bunganya, menurut dua pembuat kebijakan Fed.
Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos mengatakan ECB harus terus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengembalikan inflasi ke target jangka menengahnya sebesar 2,0 persen meskipun sebagian besar pengetatan telah dilakukan.