Aktivis protes bank Swiss karena berinvestasi di bahan bakar fosil

0
78

Sambil memegang sapu dan membawa alat pembersih, sekelompok aktivis lingkungan secara simbolis membersihkan bagian depan kantor cabang bank Swiss, UBS di Zurich pada Rabu, sebagai bentuk protes atas keputusan bank tersebut berinvestasi di bidang bahan bakar fosil.

Anais Tilquin, seorang pakar lingkungan, berada di antara 20 aktivis dari Scientist Rebellion, kelompok lingkungan hidup internasional yang mengimbau aksi cepat untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menggelar protes di pusat keuangan Swiss tersebut.

“Saya datang ke sini untuk membersihkan bank ini, UBS, yang sangat menjijikkan,” kata Tilquin yang mengenakan jas laboratorium sambil menggosok logo bank tersebut dengan spons.

“Kita benar-benar harus menghentikan penggunaan bahan bakar fosil sesegera mungkin.

Sekarang, bank-bank seperti UBS masih mendanai penggalian minyak dan gas yang baru, serta terus melakukan ekspansi gas dan minyak,” katanya.

Kelompok tersebut menuduh bank, yang mengambil alih perbankan pesaing, Credit Suisse, sebagai bagian dari kesepakatan yang didukung pemerintah Swiss pada Maret lalu, setiap tahun menggelontorkan dana sebesar 5,6 miliar dolar untuk bahan bakar fosil.

Pihak Bank UBS menolak untuk berkomentar.

Tahun lalu, bank tersebut menyatakan bahwa mereka bermaksud memotong pendanaan emisi bahan bakar fosil sebesar lebih dari dua pertiga sampai 2030 dan menargetkan untuk mencapai nol emisi karbon pada 2050.

“Swiss harus mulai berinvestasi hanya di energi terbarukan, membuat rencana nyata bagaimana untuk meninggalkan bahan bakar fosil, dalam hal ini….

berhenti membantu bank-bank tersebut,” kata Jan Wintgens, aktivis yang juga ahli saraf, mengacu pada pengambil alihan Credit Suisse oleh Bank USB.

Para aktivis lain, yang juga mengenakan jas laboratorium, membentangkan slogan yang bertuliskan “Sains itu jelas, mengapa kita mengabaikannya?” serta ” Investasi+bahan bakar fosil = bencana iklim.” “Kita perlu bertindak seperti ini karena karena situasi darurat, karena situasi sekarang adalah soal hidup dan mati.” kata Tilquin.