Minyak jatuh di Asia karena stok AS naik, data inflasi jadi fokus

0
96
Minyak Mentah
golden sunset in crude oil refinery with pipeline system

Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu sore, mengakhiri reli tiga hari karena kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak AS memicu kekhawatiran permintaan dan investor menunggu data inflasi AS untuk mengukur keputusan suku bunga berikutnya di negara konsumen minyak utama.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 69 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 76,75 dolar AS per barel pada pukul 06.43 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 67 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 73,04 dolar AS per barel.

Dalam kemungkinan tanda melemahnya permintaan, persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Mei, sementara stok bensin naik 399.000 barel, American Petroleum Institute (API) melaporkan pada Selasa (9/5/2023) menurut sumber pasar.

Data menentang ekspektasi dari delapan analis yang disurvei oleh Reuters untuk penarikan 900.000 barel dalam persediaan minyak mentah dan penurunan stok bensin 1,2 juta barel.

Data pemerintah AS tentang persediaan minyak akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Penambahan persediaan AS yang mengejutkan ditambah dengan impor minyak mentah yang lebih rendah dan pertumbuhan ekspor yang lebih lambat di China pada April memperburuk kekhawatiran tentang permintaan minyak global.

“Investor minyak harus mewaspadai petunjuk tentang kesehatan ekonomi AS, yang menurut saya terlihat sangat redup dan suram saat ini,” kata Priyanka Sachdeva, analis dari Phillip Nova Pte Ltd.

Pasar sedang menunggu angka indeks harga konsumen (IHK) AS untuk April yang akan dirilis pada Rabu.

Presiden Fed New York John Williams mengatakan inflasi masih terlalu tinggi dan bank sentral akan menaikkan suku lagi jika perlu, meskipun bank sentral AS menghapus pedoman tentang perlunya kenaikan di masa depan.

Pasar juga menunggu laporan minyak bulanan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang akan dirilis pada Kamis (11/5/2023) untuk petunjuk apakah kelompok dan sekutunya perlu memangkas produksi lagi untuk menopang harga.

OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, bulan lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel per hari (bph) dari Mei hingga akhir tahun.

Media melaporkan bahwa Kementerian Energi Rusia mengatakan pengurangan produksi minyak negara itu hampir mencapai tingkat yang ditargetkan pada April.

Arab Saudi, yang berjanji untuk memangkas produksi sebesar 500.000 barel per hari mulai Mei, telah memberi tahu pembeli di Asia bahwa mereka akan memasok minyak mentah dalam volume penuh yang diminta untuk Juni.

Beberapa penyuling China mungkin meminta pasokan lebih sedikit, kata sumber, yang akan membantu pengekspor minyak utama dunia itu memenuhi target produksinya yang lebih rendah.

Di Alberta, provinsi penghasil minyak utama Kanada, kebakaran hutan mereda pada Selasa (9/5/2023) berkat cuaca yang lebih dingin.

Kebakaran hutan memaksa produsen minyak dan gas untuk menutup setidaknya 319.000 barel setara minyak per hari atau 3,7 persen dari produksi negara itu.

Pasar juga memantau komentar Presiden AS Joe Biden dan anggota parlemen tertinggi dari Partai Republik tentang peningkatan plafon utang AS sebesar 31,4 triliun dolar AS, karena khawatir akan gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Kongres tidak bertindak dalam tiga minggu.