Harga minyak sedikit berubah dalam perdagangan yang berombak pada di hari Selasa (04/04/2023) karena investor menimbang pengurangan produksi sebagaimana direncanakan OPEC+, data ekonomi AS dan permintaan dari China yang lemah sehingga dapat menunjukkan pendinginan permintaan minyak secara global. Pasar menimang permintaan yang bertahan dan tumbuh untuk dapat mendorong harga minyak mentah di atas $80.
Harga minyak mentah berjangka Brent menetap 1 sen lebih tinggi pada $84,94 per barel, sementara minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 29 sen, atau 0,4%, pada $80,71 per barel. Sebelumnya, harga minyak mentah Brent dan WTI telah melonjak lebih dari 6% pada hari Senin setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+), mengguncang pasar dengan pengumuman pengurangan produksi sukarela sebesar 1,66 juta barel per hari (bpd) dari Mei hingga akhir 2023.
Sementara itu, data lowongan pekerjaan AS di bulan Februari dilaporkan turun ke level terendah dalam hampir dua tahun dan kemerosotan aktivitas manufaktur AS di bulan Maret menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan minyak. Aktivitas manufaktur yang lemah di China bulan lalu juga menambah kesengsaraan.
Pasar saham turun karena data ekonomi yang lebih lemah, sementara emas melewati level kunci $2.000 karena investor bergegas untuk membeli aset safe haven. Sinyal ekonomi sejalan dengan kekhawatiran pukulan inflasi terhadap ekonomi dunia, karena kenaikan harga minyak memicu suku bunga yang lebih tinggi.
Target produksi terbaru OPEC+ membawa total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu, setara dengan sekitar 3,7% dari permintaan global.
Pembatasan produksi membuat banyak analis menaikkan perkiraan harga minyak Brent mereka menjadi sekitar $100 per barel pada akhir tahun. Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi $95 per barel pada akhir tahun 2023, dan menjadi $100 untuk tahun 2024.
Sementara itu, stok minyak mentah AS turun lebih dari 4 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa. Jajak pendapat Reuters awal memperkirakan penurunan persediaan 2,3 juta barel.
Lembaga Informasi Energi A.S. akan merilis datanya pada pukul 22:30 WIB pada hari Rabu.
Para analis pasar telah mencoba untuk mengukur berapa lama lagi Bank Federal Reserve AS mungkin perlu terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi, dan apakah ekonomi AS mungkin menuju resesi. Sementara para investor sekarang melihat peluang sekitar 40% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga seperempat basis poin pada bulan Mei, dengan peluang jeda sekitar 60%.