Harga Minyak Turun Lebih 2% Khawatir Pertumbuhan Melambat

0
106
Harga Minyak

Harga minyak turun lebih dari 2% pada awal sesi perdagangan AS di hari Rabu (19/04/2023) karena investor menjauh dari risiko kekhawatiran pertumbuhan melambat di tengah kenaikan suku bunga bahkan ketika sebuah laporan menunjukkan penurunan persediaan AS. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei terakhir terlihat turun $1,85 menjadi $79,01 per barel, sementara minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Juni, yang merupakan acuan harga minyak global, turun $1,92 menjadi $82,85 per barel.

Penurunan terjadi meskipun keputusan OPEC+ awal bulan ini untuk memangkas produksi guna mengimbangi meningkatnya persediaan global, karena permintaan terus menurun, terutama untuk diesel karena kebutuhan truk turun karena kenaikan suku bunga memperlambat ekonomi.

Selanjutnya pasar akan menanti rilisan data kenaikan permintaan sebagaimana yang diharapkan, meskipun berkurang, selama paruh kedua seperti yang diproyeksikan sebelumnya. Hal ini selaras dengan penegasan OPEC, IEA, dan EIA dalam laporan prospek pasar minyak terbaru mereka.

Perkembangan yang ada yang kemungkinan akan mendorong harga bergerak naik setelah defisit pasokan dilaporkan makin memburuk di semester kedua tahun ini. Namun, pemulihan permintaan masih sangat tidak seimbang dengan China dan kenaikan dalam perjalanan internasional yang mencatat sebagian besar peningkatan.

Sebelum itu, pasar akan terus mengkhawatirkan risiko resesi dan dampaknya terhadap permintaan. Ini akan menjadi sebuah kekhawatiran baru dan saat ini bermain di pasar diesel, bahan bakar yang menggerakkan alat berat seperti truk dan peralatan konstruksi.

Federal Reserve diperkirakan akan terus mendorong suku bunga lebih tinggi ketika komite kebijakannya bertemu bulan depan, dengan kemungkinan kenaikan 25 basis poin lainnya.

Survei mingguan American Petroleum Institute yang dirilis Selasa menunjukkan persediaan minyak AS turun 2,7 juta barel pekan lalu menurut laporan, sementara survei analis Reuters memperkirakan penurunan 2,5 juta barel. Lembaga Informasi Energi akan merilis data resmi pada Rabu ini.