Komoditi Emas di bursa berjangka menetap pada harga mendekati level tertinggi pada perdagangan di hari Rabu (12/04/2023) dalam hampir seminggu. Dorongan kenaikan, didapatkan dari penurunan dolar AS didukung data ekonomi terkini yang menunjukkan bahwa terjadi kenaikan harga konsumen pada bulan Maret yang lebih kecil dari perkiraan dan terjadi perlambatan tingkat inflasi secara tahunan. Bahkan setelah penutupan perdagangan, harga emas di bursa berjangka pada perdagangan di hari Kamis dini hari (waktu Indonesia) naik lebih tinggi dalam perdagangan elektronik setelah rilis risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal bulan Maret.
Dilaporkan bahwa indek harga konsumen (IHK) AS naik tipis 0,1% pada bulan Maret sebagian besar karena biaya energi yang lebih rendah, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 0,2% oleh para ekonom yang disurvei oleh Wall Street Journal. Tingkat inflasi tahunan melambat menjadi 5% dari 6% dan menyentuh level terendah sejak Mei 2021. Sementara tingkat inflasi inti dengan menghilangkan sektor makanan dan energi naik 0,4%, sejalan dengan perkiraan Wall Street.
Data telah mengkonfirmasi bahwa Federal Reserve tidak perlu bekerja sekeras yang mereka miliki untuk menjinakkan inflasi dan bahwa waktunya telah tiba untuk mengurangi kenaikan suku bunga. ada banyak keributan tentang langkah Fed selanjutnya, dan kemungkinan besar Fed akan mengakui bahwa inflasi telah melambat dan mereka mungkin menghentikan siklus kenaikan mereka.
Namun, harga emas di bursa berjangka berakhir lebih rendah di hari Rabu dari posisi tertinggi, karena Presiden Fed Richmond Tom Barkin mengatakan ada lebih banyak yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi inti” ke tempat yang diinginkan Fed. Komentarnya tampaknya meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Emas berjangka bergerak lebih tinggi untuk diperdagangkan pada $2.027,50 dalam perdagangan elektronik Rabu sore. Risalah dari pertemuan Maret FOMC, dirilis setelah penyelesaian emas berjangka menunjukkan bahwa pejabat Fed mempertimbangkan apakah jeda kenaikan suku bunga akan tepat, dengan tekanan di sektor perbankan diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Sejauh ini di tahun 2023, emas telah naik sekitar 9%, didukung oleh penurunan imbal hasil Treasury dan dolar AS. Turunnya imbal hasil menurunkan biaya peluang memegang aset non-yielding, sementara dolar yang lebih lemah membuat harga aset dalam unit lebih murah bagi pengguna mata uang lainnya.
Dolar AS turun setelah data CPI dirilis, dimana indeks Dolar AS (ICE ) turun 0,7% menjadi 101,51.
Emas juga mungkin mendapat dukungan dari permintaan asing karena investor mencari tempat berlindung yang aman karena Bank Sentral Eropa terus memerangi peningkatan inflasi, dan ketika China telah membuka kembali aktifitasnya dan para penabung berusaha mengalihkan tabungan dari perumahan ke investasi alternatif seperti emas. Namun demikian, pasar masih mewaspdai aktivitas ekonomi global yang lebih lemah dan tren pertumbuhan AS yang lebih lemah kemungkinan akan mengurangi permintaan emas selama kuartal berikutnya.