Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan, pada Senin (17/4), bahwa pihaknya akan mendapat temuan dari penyelidikan tentang kebocoran dokumen rahasia yang terjadi baru-baru ini dalam waktu 45 hari, sementara berusaha segera mengevaluasi bagaimana pelanggaran itu terjadi.
“Kami di sini bekerja berdasarkan fakta, dan itulah yang akan dilakukan dalam penyelidikan ini,” kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan pada Senin.
Dia mengatakan departemen “terus bekerja sepanjang waktu untuk lebih memahami ruang lingkup dan skala kebocoran ini.” Ketika ditanya apakah masih ada lagi dokumen yang beredar secara online, Singh mengatakan, “Mungkin ada …
kami masih menyelidiki itu.” Dia mengatakan Departemen Pertahanan telah mengambil tindakan untuk membatasi jumlah karyawan yang memiliki akses ke informasi rahasia.
“Kami memilah-milah beberapa daftar distribusi kami dan siapa yang memiliki akses ke informasi tertentu,” kata Singh seraya menambahkan, “Saya tidak bisa memberi Anda angka pasti.” Pekan lalu, pihak berwenang AS mendakwa anggota Garda Nasional Angkatan Udara Jack Teixeira, 21, telah membocorkan dokumen rahasia secara online.
Dokumen-dokumen tersebut, yang beredar di berbagai situs media sosial selama berminggu-minggu, mencakup informasi sensitif tentang perang Rusia di Ukraina serta informasi tentang sekutu AS, termasuk Israel, Turki, dan Korea Selatan.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin bahwa Amerika Serikat belum mendeteksi adanya krisis kepercayaan antara Washington dan sekutu-sekutunya sebagai akibat dari informasi yang terungkap dalam kebocoran tersebut.