Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang akan mengadakan pelatihan pertahanan rudal laut pada Senin (17/4) sebagai bentuk kerja sama keamanan untuk antisipasi ancaman rudal dari Korea Utara, kata angkatan laut Korea Selatan.
Pengumuman tersebut dikeluarkan setelah ketiga negara mencapai kesepakatan di Washington, di mana mereka setuju untuk mengadakan pelatihan pertahanan rudal dan anti kapal selam secara rutin sebagai upaya untuk meningkatkan kerja sama diplomatik dan militer.
Pelatihan pada hari Senin akan diadakan di perairan internasional antara Korea dan Jepang.
Korea Selatan akan membawa Yulgok Yi I, penghancur misil Aegis seberat 7,600 ton; Amerika Serikat dengan USS Benfold; dan Jepang dengan penghancur misil Atago , yang juga dilengkapi dengan sistem radar Aegis.
Ketiga negara itu akan berfokus pada prosedur respons, dimulai dari deteksi, pelacakan, sampai pembagian informasi, dengan cara membuat target virtual sebagai bagian skenario serangan rudal dari Korea Utara, kata angkatan laut Korea Selatan.
“Ini adalah kesempatan untuk memperkuat kerja sama keamanan untuk antisipasi ancaman nuklir dan rudal Korea yang semakin meningkat, dan meningkatkan kapabilitas dan postur angkatan laut kami dalam merespons rudal balistik,” kata kapten Kim Ki-young dari AL Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Ketegangan semakin memuncak sejak beberapa minggu yang lalu seiring aktivitas militer Korea Utara yang semakin meningkat.
Negara itu menguji coba misil antarbenua berbahan bakar padat pada hari Jumat (14/4).
Menurut para ahli, uji coba tersebut bisa menjadi awal untuk peluncuran misil-misil lain yang diluncurkan tanpa peringatan.
Pyongyang mengancam akan melakukan tindakan yang lebih praktikal dan ofensif karena Korea Selatan dan AS melangsungkan latihan musim semi tahunan mereka sejak Maret.
Beberapa sesi latihan tersebut melibatkan Jepang, dan Pyongyang menyebut kegiatan tersebut sebagai latihan untuk perang nuklir.
Angkatan udara Korea Selatan dan Amerika Serikat memulai latihan mereka selama 12 hari secara terpisah pada Senin.
Pada Senin, Korea Selatan dan Jepang melanjutkan pembicaraan antara pihak pejabat keamanan dan diplomatik senior di Seoul, yang sempat terhenti selama lima tahun, menyusul membaiknya hubungan setelah perseteruan berkelanjutan karena isu sejarah masa perang.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sudah bertekad untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara dan mengunjungi Tokyo pada Maret, pertama kalinya dalam 12 tahun sebagai pemimpin negara.