Ketika matahari pagi mulai menampakkan sinarnya di Desa Shikashok, Daerah Otonom Tibet, China, Paljor (49) melecut cambuk penggembala untuk menggiring lebih dari 680 domba keluar dari kandang mereka.
Paljor memiliki karier penggembalaan yang impresif dan saat ini dia bertugas sebagai kepala koperasi peternakan domba dengan bantuan kader-kader setempat.
“Tahun lalu, saya menjual lebih dari 100 domba dan menghasilkan pendapatan lebih dari 100.000 yuan.
Saya akan mendapatkan lebih banyak uang dengan menjual wol domba ketika cuaca semakin hangat pada Juni dan Juli,” kata Paljor.
Peternakan domba menjadi satu di antara sejumlah industri pedesaan yang meniupkan kehidupan baru di Desa Shikashok, sekitar 3 km dari Sungai Yarlung Zangbo.
Belum lama ini, Desa Shikashok mendirikan lebih dari 10 koperasi pedesaan untuk berbagai sektor, termasuk mebel, mesin pertanian, dan peternakan, ujar kader desa setempat Li Delin.
Li menambahkan bahwa pendapatan per kapita tahunan penduduk desa itu melebihi 20.000 yuan.
Ketika Paljor menggembalakan dombanya, ibunya, Trinley Chodron (81), membawa pulang susu segar dari peternakan untuk membuat mentega yak dan berbagai jenis makanan lainnya.
Ruang tamunya luas dan dilengkapi dengan berbagai peralatan rumah tangga.
Di atas meja yang bergaya Tibet tradisional miliknya, terdapat teh mentega dan minuman ringan seperti Coca-Cola untuk para tamu.
Sulit dipercaya bahwa penduduk desa itu pernah tinggal di rumah yang rusak dan tidak sanggup memenuhi kebutuhan karena miskin.
“Dalam 10 tahun terakhir, desa ini memiliki penampilan baru,” kata Trinley.
Konchok Tsomo dan suaminya Gao Yanwen juga mendapatkan manfaat dari industri yang berkembang pesat di desa itu.
Pasangan tersebut menjalankan basis penanaman sayuran yang didanai pemerintah setempat.
Keseluruhan 48 rumah kaca di area seluas 50 mu (sekitar 3,33 hektare) itu dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam buah dan sayuran.
Selama musim sibuk, basis penanaman itu dapat mempekerjakan lebih dari 20 warga desa.
“Kini, penduduk desa dapat makan tomat, semangka, dan sayuran, serta buah-buahan lainnya yang ditanam di basis penanaman kami,” tutur Konchok Tsomo.
Basis tersebut menjadi pemasok sayuran terbesar untuk puluhan toko kelontong dan restoran Tibet di Shikashok.
Shikashok mengganti jalan setapak dari tanah dengan jalan beton sepanjang 3,3 km.
Desa ini semakin terhubung dengan dunia luar melalui jalan raya yang berdekatan.
Padma Tsewang, seorang pegawai di kantor pos setempat, menjadi saksi perubahan logistik di desa tersebut.
“Dalam beberapa tahun terakhir, warga desa menerima lebih banyak paket dan banyak kaum muda bahkan membeli kebutuhan sehari-hari secara daring.
Nyaman dan cepat,” jelasnya.
Tibet berencana melaksanakan 1.337 proyek revitalisasi pedesaan pada 2023, dengan perkiraan investasi sebesar 14,67 miliar yuan.
Proyek-proyek tersebut bertujuan untuk mempromosikan pembangunan beragam sektor di daerah pedesaan, seperti lahan pertanian berstandar tinggi, pertanian, dan peternakan.
Setelah upaya bertahun-tahun, penduduk desa di Tibet dapat menikmati mata pencaharian yang lebih baik.
Pada 2021, pendapatan per kapita yang siap dibelanjakan warga desa di wilayah itu mencapai 16.935 yuan atau sekitar tiga kali lipat dari tingkat pendapatan yang tercatat pada 2012.
“Industri pedesaan menjadi sapi perah kami, dan dompet penduduk desa semakin gemuk.
Desa Shikashok menjadi contoh yang baik dari kemajuan Tibet dalam hal revitalisasi pedesaan,” ujar Li Delin.