Presiden Vladimir Putin pada Sabtu (25/3) mengatakan Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus.
Pengumuman itu mengirimkan peringatan kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO atas dukungan militernya untuk Ukraina dan sekaligus semakin meningkatkan ketegangan antara Moskow dengan Barat.
Langkah Putin itu sudah diperkirakan.
Putin mengatakan langkah itu tidak akan melanggar traktat nonproliferasi nuklir.
Namun penempatan itu adalah salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol sejak awal invasi ke Ukraina pada 13 bulan lalu.
Perjanjian nonproliferasi nuklir sendiri mengatur pembatasan kepemilikan senjata nuklir.
Pakta itu diteken pada 1968.
Negara adidaya nuklir lainnya di dunia, Amerika Serikat (AS), bereaksi dengan hati-hati terhadap pernyataan Putin.
Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan tidak ada tanda-tanda Moskow berencana menggunakan senjata nuklirnya.
Putin menyamakan rencananya dengan AS yang menempatkan senjatanya di Eropa dan mengatakan bahwa Rusia tidak akan mengalihkan kendali ke Belarus.
Ini bisa menjadi pertama kalinya Moskow akan menempatkan senjata semacam itu di luar negeri sejak pertengahan 1990-an.
“Tidak ada yang aneh di sini juga: pertama, Amerika Serikat telah melakukan hal ini selama beberapa dekade.
Mereka telah lama mengerahkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah negara sekutu mereka,” kata Putin kepada televisi pemerintah.
“Kami sepakat bahwa kami akan melakukan hal yang sama – tanpa melanggar kewajiban kami, saya tegaskan, tanpa melanggar kewajiban internasional kami tentang nonproliferasi senjata nuklir,” ujarnya.
Ketegangan antara Moskow dan Barat terus meningkat sejak perang di Ukraina meletus.
Barat terus memasok senjata untuk Kyiv, sementara retorika operasi militer Moskow beralih dari “demiliterisasi” negara tetangganya menjadi memerangi “Barat secara kolektif.” Beberapa politisi dan komentator Rusia yang agresif telah lama berspekulasi tentang serangan nuklir.
Mereka mengatakan Rusia berhak untuk mempertahankan diri dengan senjata nuklir jika didorong melampaui batas kemampuannya.
Senjata nuklir “taktis” merujuk pada kapasitas senjata itu yang hanya digunakan untuk keuntungan tertentu di medan perang, bukan senjata berkapasitas penuh yang dapat digunakan untuk melenyapkan kota.
Tidak jelas Rusia memiliki berapa banyak senjata semacam itu.
Putin tidak memerinci kapan senjata itu akan dipindahkan ke Belarus, yang berbatasan dengan tiga negara anggota NATO, yaitu Polandia, Lituania, dan Latvia.
Dia mengatakan Rusia akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan di sana pada 1 Juli.
Juga tidak jelas di bagian mana Belarus senjata itu akan ditempatkan.
Transfer itu akan memperluas kemampuan serangan nuklir Rusia di sepanjang perbatasan timur NATO.
“Ini adalah bagian dari permainan Putin untuk mencoba mengintimidasi NATO …
karena tidak ada kegunaan militer untuk melakukan ini di Belarus karena Rusia memiliki begitu banyak senjata dan pasukan di dalam Rusia,” kata Hans Kristensen, Direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika.
Meskipun Kremlin tidak pernah secara terbuka mengonfirmasinya, Barat telah lama mengatakan Rusia menyimpan rudal berkemampuan nuklir di Kaliningrad, pantai Baltiknya yang berada di antara anggota NATO dan Uni Eropa, Polandia dan Lituania.
Putin mengatakan Presiden Belarus Alexander Lukashenko telah lama meminta penempatan senjata taktis tersebut.
Tidak ada reaksi langsung dari Lukashenko.
Tentara Belarus belum secara resmi berperang di Ukraina, tetapi Minsk dan Moskow memiliki hubungan militer yang erat.
Minsk mengizinkan Moskow menggunakan wilayahnya untuk mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun lalu dan kedua negara meningkatkan pelatihan militer bersama.
“Kami tidak menyerahkan (senjata).
Dan AS tidak menyerahkan (mereka) kepada sekutunya.
Pada dasarnya kami melakukan hal yang sama yang telah mereka lakukan selama satu dekade,” kata Putin.
“Mereka memiliki sekutu di negara tertentu dan mereka melatih …
kru mereka.
Kami akan melakukan hal yang sama,” tukasnya.
Pemimpin Kremlin itu mengatakan Rusia menempatkan 10 pesawat di Belarus yang mampu membawa senjata nuklir taktis.
Ia menambahkan Moskow mentransfer sejumlah sistem rudal taktis Iskander ke Belarus yang dapat meluncurkan