Safe-haven Yen Menguat, Kesepakatan Credit Suisse Picu Kegelisahan Pasar

0
167

Yen Jepang menguat di sesi Senin seiring investor mencari aset yang aman setelah pengambilalihan UBS atas saingannya Credit Suisse, yang gagal meredam kegelisahan pasar.

Dengan kesepakatan itu, pemegang obligasi tambahan tier-1 (AT1) senilai $17 miliar dari Credit Suisse akan dihapuskan. Hal itu menimbulkan kemarahan beberapa pemegang obligasi yang mengira mereka akan lebih terlindungi dibanding pemegang saham dan menimbulkan ketakutan oleh investor pada obligasi AT1 bank lain.

Yen – yang telah lama sebagai mata uang yang aman untuk bertahan saat tekanan seperti ini – menguat melemahnya saham bank Asia yang meluas ke Eropa. Dolar AS merosot ke level terendah sejak 10 Februari terhadap Yen Jepang pada level 130,55 yen, dan terakhir turun 0,75% di level 130,83.

Sebagai bagian dari upaya regulator untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan global, bank sentral mengambil langkah pada hari Minggu untuk meningkatkan aliran uang tunai di seluruh dunia.

Federal Reserve AS menawarkan pertukaran mata uang harian untuk memastikan bank-bank di Kanada, Inggris, Jepang, Swiss, dan zona euro akan memiliki dolar yang dibutuhkan untuk beroperasi, tindakan sama yang diambil selama krisis COVID tahun 2020.

Penurunan tajam imbal hasil obligasi AS membuat dolar kurang menarik dan mengurangi daya tariknya sebagai aset safe-haven. Indeks dolar AS – yang mencatat perdagangan greenback terhadap enam mata uang utama – datar di level 103,79, menyusul penurunan 0,73% minggu lalu.

Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun 8 basis poin menjadi 3,313% pada hari Senin karena investor beralih ke obligasi pemerintah, yang dipandang sebagai aset teraman, dan memperkirakan Federal Reserve sekarang akan berjuang untuk menaikkan suku bunga lebih jauh.

Keputusan suku bunga terbaru The Fed pada hari Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia akan menjadi fokus penting pasar karena akan memberikan petunjuk arah pasar selanjutnya.