Laba Q4 Turun, Foxconn ‘Peringatkan’ Permintaan Elektronik Konsumen

0
122

Pemasok utama Apple Inc, Foxconn, Rabu mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan elektronik konsumen pintar akan sedikit menurun tahun ini, setelah melaporkan laba bersih kuartal keempat turun sebesar 10% dari tahun sebelumnya, sejalan dengan perkiraan analis.

Produsen elektronik kontrak terbesar di dunia, yang lebih dari setengah pendapatannya dari elektronik konsumen, memperkirakan pertumbuhan yang signifikan tahun ini di bidang lain seperti komputasi, cloud dan jaringan serta produk komponen.

Secara keseluruhan, pendapatan kuartal pertama dan setahun penuh seharusnya datar, kata perusahaan Taiwan tersebut.

“Kami mempertahankan pandangan terhadap elektronik konsumen yang cerdas yang relatif konservatif dan berpikir mungkin akan sedikit menurun,” ungkap Pimpinan Foxconn Liu Young-way, merujuk pada faktor-faktor termasuk basis tinggi tahun lalu serta inflasi dan ekonomi global yang melambat.

Foxconn menjadi berita utama di November silam ketika pembatasan pengendalian COVID-19 mendorong ribuan pekerja meninggalkan pabrik besarnya di kota Zhengzhou China, juga pabrik iPhone terbesar di dunia. Sehingga, mengganggu produksi menjelang liburan Natal dan Tahun Baru Imlek di Januari.

Laba bersih Foxconn di Oktober – Desember turun menjadi 40 miliar dolar Taiwan atau setara dengan $1,31 miliar dari T$44,4 miliar dolar Taiwan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Itu sejalan dengan perkiraan rata-rata laba $39,98 miliar dolar Taiwan oleh 13 analis, menurut Refinitiv.

Di kuartal keempat, pendapatan divisi produk elektronik konsumen utama Foxconn datar dibandingkan tahun lalu, Foxconn mengatakan dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Perusahaan sebelumnya mengatakan bahwa produksi sudah kembali normal di Zhengzhou, yang memproduksi sebagian besar model premium Apple, termasuk iPhone 14 Pro.

Apple bulan lalu memperkirakan pendapatannya akan turun untuk kuartal kedua berturut-turut, tetapi penjualan iPhone kemungkinan akan meningkat karena produksi telah kembali normal di China setelah penutupan terkait COVID.