Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (6/3) menyerukan tindakan untuk menutup kesenjangan gender dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, mengatakan bahwa kontribusi penuh perempuan akan bermanfaat bagi semua.
“Perhitungannya sederhana: tanpa wawasan dan kreativitas separuh (populasi) dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) hanya akan memenuhi separuh potensinya,” kata Guterres dalam pembukaan sesi ke-67 Komisi PBB tentang Status Perempuan, badan antarpemerintah global utama yang didedikasikan khusus untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Pertemuan dua pekan tersebut mengusung tema prioritas “inovasi dan perubahan teknologi, serta pendidikan di era digital untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan”.
Temanya sangat tepat waktu, ujar Guterres, “karena saat teknologi maju pesat, perempuan dan anak perempuan tertinggal.” Tiga miliar orang masih belum terhubung ke internet, dan mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak perempuan di negara berkembang.
Di industri teknologi, jumlah pria melebihi wanita dengan perbandingan 2:1, dan di bidang kecerdasan buatan, hanya sekitar satu dari lima pekerja yang merupakan perempuan, katanya.
Dirinya menekankan pada “praktik patriarki, diskriminasi, dan stereotipe berbahaya selama berabad-abad” yang telah menciptakan kesenjangan gender yang sangat besar dalam IPTEK, menyebut bahwa perempuan hanya menyumbang 3 persen dari jumlah pemenang Penghargaan Nobel dalam kategori ilmu pengetahuan.
“Mempromosikan kontribusi penuh perempuan untuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi bukanlah tindakan amal atau bantuan kepada perempuan.
Itu merupakan suatu keharusan dan bermanfaat bagi semua orang,” tegas sekjen PBB itu.
Contohnya, ketika ilmuwan dan pakar teknologi perempuan mengatasi masalah global, mereka melipatgandakan peluang untuk menemukan solusi, sebutnya.
Guterres mendesak peningkatan pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan bagi perempuan dan anak perempuan, khususnya di kawasan Global South.
Dia juga menyerukan untuk mempromosikan partisipasi penuh serta kepemimpinan perempuan dan anak perempuan dalam IPTEK, dari pemerintahan hingga ruang dewan dan ruang kelas, serta menciptakan lingkungan digital yang aman bagi perempuan dan anak perempuan.
Pertemuan pada tahun ini digelar saat “hak-hak perempuan disalahgunakan, diancam, dan dilanggar di seluruh dunia,” ujar Guterres, sembari memperingatkan bahwa “kemajuan yang dicapai selama beberapa dasawarsa lenyap di depan mata kita” dan “kesetaraan gender kian merenggang.” “Mari kita perjelas: kerangka kerja global tidak berfungsi untuk perempuan dan anak perempuan di dunia.
Itu perlu diubah,” katanya sebagaimana Xinhua.