BGI Group, salah satu perusahaan analisis genetika terbesar di dunia, pada Minggu (5/2), mengatakan tidak akan pernah terlibat dalam kegiatan pelanggaran hak asasi manusia setelah pemerintah Amerika Serikat mengatakan terdapat risiko bahwa beberapa unit perusahaan tersebut mungkin berkontribusi pada aksi pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah China.
Tiga unit BGI termasuk di antara perusahaan China yang pada minggu lalu ditambahkan ke dalam “daftar entitas” yang membatasi aksesnya pada teknologi AS atas dasar keamanan atau hak asasi manusia.
Departemen Perdagangan AS mengutip risiko teknologi BGI yang mungkin berkontribusi pada aksi pengawasan.
Aktivis mengatakan Beijing sedang berusaha membuat database informasi genetika dari kelompok Muslim dan minoritas lainnya di China.
Pemerintah China, pada Jumat (3/3), menuduh Washington secara tidak benar menyerang perusahaan-perusahaan China.
BGI, yang berkantor pusat di selatan Kota Shenzhen, mengatakan layanannya hanya untuk tujuan sipil dan ilmiah.
Keputusan AS “mungkin dipengaruhi oleh informasi yang salah dan kami bersedia serta bisa mengklarifikasi,” kata BGI Group dalam tanggapan email atas pertanyaan-pertanyaan terkait.
BGI Group tidak menyebutkan kelompok Uighur atau minoritas Muslim lainnya tetapi BGI sebelumnya membantah menyediakan teknologi untuk memantau mereka.
“Grup BGI tidak mendukung dan tidak akan pernah terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia,” kata perusahaan itu.